Definisi dan Hukum Bersuci

Tim Redaksi Infokom VTHQ

Author: Tim Redaksi Infokom VTHQ

2025-02-01

Definisi dan Hukum Bersuci

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kita nikmat iman, islam, serta kefakihan dalam memahami agama ini. Serta shalawat tetap tercurahkan kepada baginda nabi Allah, Muhammad shalallalahu alaihi wa sallam. Beserta keluarga beliau, sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Urgensi Thaharah

Thaharah (bersuci) merupakan kunci sholat yang sangat ditekankan (yakni thaharah harus didahulukan sebelum sholat, pen). Maka dari itu kita sebagai kaum muslimin harus melakukan thaharah sebelum sholat agar sholat kita diterima. Sebagaimana sabda Rasulullah n,

لَا ‌يَقْبَلُ ‌اللَّهُ ‌صَلَاةَ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

“Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima shalat seorang hamba yang berhadats (tidak bersuci) sampai dia berwudhu.” (HR. al-Bukhari no. 530)

Sebagian kaum muslimin mempertanyakan apa perbedaan hadats besar dan hadats kecil serta apa yang harus dilakukan jika terkena? Apa saja air yang dipakai untuk bersuci dan apakah air yang suci bisa hilang kesuciannya? Dan apakah air yang telah dipakai manusia dan hewan masih bisa digunakan atau harus mencari air yang lain? Semua itu akan dijelaskan pada pembahasan bawah ini.

Makna Thaharah

Thaharah secara bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran, berasal dari bahasa arab yaitu kata (النظافة) yang artinya adalah kebersihan. Dan secara istilah adalah mengangkat hadats dan menghilangkan najis. Hadats terbagi menjadi 2 yaitu hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah sesuatu yang mewajibkan bagi para pelaku yang terkena untuk berwudhu. Sedangkan hadats besar adalah sesuatu yang mewajibkan bagi para pelakunya untuk mandi.

Macam-macam Thaharah

  • Air yang digunakan untuk bersuci ada 7, yaitu: air laut, air embun, air salju, air sumur, air sungai, air hujan, dan mata air. Dan contoh air yang tidak suci adalah air yang berubah baunya, rasanya, dan warnanya. Namun jika airnya banyak atau lebih 2 qullah dan tidak berubah salah satu sifatnya maka air itu tetap suci. Adapun dalilnya adalah dari hadits Ibnu Umar s bahwa Rasulullah n bersabda,

إِذَا بَلَغَ المَآءُ القَلَّتَينِ لَم يَحمِلِ الخَبَثَ

"Apabila air mencapai dua qullah, maka ia tidak mengandung najis." (HR. Ahmad 2/27, Abu Dawud no. 63, At-Tirmidzi no. 67 dan An-Nasa'i no. 52, dan Ibnu Majah no. 517)

  • Adapun air yang tercampur dengan benda suci seperti daun-daun pohon,sabun,dan benda-benda lainnya itu tetap suci, karena tidak terdominasi oleh benda yang tercampur yang menyebabkan kesuciannya hilang. Dalilnya adalah firman Allah n ,

{ ...وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا }

"Dan jika kalian sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau kalian menyentuh wanita, kemudian kalian tidak mendapati air, maka bertayammumlah kalian dengan debu yang suci, dan usaplah wajah kalian dan tangan kalian." (QS. An-Nisa`: 43)

Lafaz/kata مَآء dalam ayat di atas adalah nakirah (bermakna umum) dalam konteks kalimat negatif, maka bermakna semua air, tidak ada beda (sama saja) apalah itu air murni atau air yang telah tercampuri (dengan sesuatu yang suci).

  • Hukum air yang telah digunakan atau air musta’mal -seperti air yang jatuh dari anggota tubuh orang yang berwudhu atau mandi tetap suci dan mensucikan menurut pendapat yang shahih, dapat menghilangkan najis dan dapat menghilangkan hadats selama tidak berubah sifat salah satu air yang suci: bau, rasa , dan warnanya. Dalil kesuciannya adalah "Bahwa Nabi n apabila berwudhu maka para sahabat hampir bertikai (karena memperebutkan bekas) air wudhu beliau." (HR. Bukhari, no.189). Andaikata air musta'mal itu najis, niscaya beliau tidak memperbolehkan melakukan hal itu. Hukum air sisa manusia itu suci karena manusia adlah makhluk suci,maka sisa makanannya juga suci, sama saja apakah dia seorang muslim atau kafir, demikian juga orang junub dan wanita yang sedang haid. Sungguh telah diriwayatkan secara shahih bahwa Rasulullah n bersabda,

(( المُؤمِن لَا يَنجُس ))

"Orang Mukmin itu tidak najis." (HR. Muslim, no. 371)

Para ulama telah sepakat atas sucinya air sisa minuman hewan yang dagingnya halal dimakan, baik hewan ternak atau lainnya.

  • Hewan yang dagingnya tidak halal dimakan, seperti binatang buas, keledai, dan semisalnya maka pendapat yang shahih bahwa sisanya juga suci, tidak berpengaruh terhadap air, khususnya jika airnya banyak.

Air yang suci bisa hilang kesuciannya jika airnya sedikit dan berubah karena telah diminum oleh hewan tersebut, maka ia najis. Dalilnya, adalah hadits di atas, ketika Nabi n ditanya tentang air (kolam) yang sering didatangi berulang-ulang oleh hewan-hewan dan binatang buas, maka beliau bersabda,

إِذَا بَلَغَ المَآءُ القَلَّتَينِ لَم يَحمِلِ الخَبَثَ

"Jika air mencapai dua qullah, maka ia tidak mengandung najis."

Akan tetapi babi tidak berlaku karena ia najis, buruk, dan kotor.

Allah ta'ala berfirman,

فَإِنَّهُ رِجْسٌ

"Maka sesungguhnya ia (babi) itu kotor." (QS. Al-An'am: 145)

Inilah ringkasan jawaban atas pertanyaan yang ada diatas, semoga semua pertannyaan yang pernah terpintas di otak kita terjawab semua di artikel kami dan juga dengan ilmu dibahas dapat membuat ibadah kita lebih sempurna.

وَالله أَعلَم بِالصَوَاب

Sumber: Fikih Muyassar

Rekomendasi :

Berprestasi Di Bidang Akademik Dan Tahfizh, Kenapa Tidak?
2025-04-06

Berprestasi Di Bidang Akademik Dan Tahfizh, Kenapa Tidak?

Ditulis oleh Andi Abdullah Bin Hasyim pada 2025-04-06

Segala puja dan puji syukur senantiasa kita curahkan kepada Rabbul Alamin, shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Sebelum masuk ke pokok materi, terlebih dahulu kita mencari tahu apa itu prestasi. Tentunya kata prestasi ini sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Menurut KBBI, prestasi adalah hasil usaha yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang diusahakan. Prestasi dapat diraih oleh siapapun dan dimanapun, tinggal kita yang memilih, apakah ingin meraihnya atau tidak.

Villa Tahfizh Himmatul Qur’an Malino memadukan antara menghafal Al-Qur’an dengan akademik, baik itu yang bersifat diniyah (agama) maupun umum. Persaingan pun bukan merupakan hal yang baru dalam meraih prestasi. Ada yang meraih prestasi di bidang akademik, ada yang meraih prestasi di bidang tahfizh, bahkan ada yang meraih keduanya secara bersamaan.

Untuk meraih prestasi di kedua bidang tersebut bukanlah hal yang mustahil, ada beberapa tips agar kita dapat meraih keduanya sekaligus, yaitu:

Perbaiki Mindset

Yang pertama yang harus kita lakukan adalah memperbaiki mindset atau pola pikir. Kita harus berpikir bahwa meraih prestasi di bidang akademik dan tahfizh bukanlah hal yang mustahil. Semakin positif yang kita pikirkan, maka hasil yang akan kita capaipun akan positif.

Tetapkan Tujuan Dan Target Pekanan

“Aku akan meraih prestasi dalam bidang akademik dan bidang tahfizh”, merupakan salah satu wujud tujuan. Menetapkan tujuan itu penting. Kita harus menetapkan tujuan kita agar kita dapat fokus pada hal tersebut. Kalau kita tidak memiliki tujuan, maka kita akan berjalan tanpa arah.

Setelah menentukan tujuan, selanjutnya kita membuat target pekanan yang selalu kita evaluasi agar kita mengetahui seberapa jauh kita telah berkembang daripada sebelumnya. Membuat target tidak perlu dimulai dengan melakukan hal besar, kita bisa memulainya dengan hal yang kecil. Tidak mengapa kecil, yang intinya adalah dilakukan terus menerus.

Semangat Yang Membara

Semangat tentu harus kita sertakan dalam mencapai tujuan kita. Semangat inilah yang nantinya akan terus mendorong kita meski kita sedang malas melakukannnya. Carilah apa yang membuat kita bersemangat untuk melakukannya, seperti mengingat Kembali apa alasan kita berusaha.

Manajemen Waktu Yang Baik

Setiap orang memiliki waktu yang sama yang diberikan oleh sang Khaliq, yakni 24 jam dalam sehari. Kita harus pandai dalam mengelola waktu, terutama jika kita ingin mencapai sesuatu yang besar. Setiap pencapaian pasti membutuhkan pengorbanan, sehingga kita harus mengorbankan waktu kita untuk meraih prestasi.

Memaksimalkan waktu salah satu contohnya. Mau itu memaksimalkan waktu pada saat halaqah ataupun saat pembelajaran di kelas. Pada saat halaqah kita fokus untuk menghafal Al-qur’an, dan saat pembelajaran di kelas kita memperhatikan penjelasan guru. kita juga harus memperhatikan adab kita kepada guru, karena hal tersebut berpengaruh kepada keberkahan ilmu.

Waktu juga merupakan perkara yang paling sering dilalaikan oleh manusia, sebagaimana sabda beliau ﷺ:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu dengannya, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412)

Lingkungan yang produktif

Berteman dengan orang yang bersemangat dalam belajar dan menghafal dapat membuat kita lebih termotivasi. Begitupun sebaliknya, jika kita berteman dengan orang suka bermalas-malasan dan menunda waktu, maka kitapun akan ikut malas. Sehingga perhatikanlah dengan siapa engkau berteman. Hal ini selaras dengan sabda beliau ﷺ:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Artinya: “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Meskipun kita menghadapi rintangan yang sangat berat, akan tetapi dengan adanya teman yang baik, yang mendukung kita, maka rintangan tersebut akan menjadi ringan.

Berdoa Kepada Allah Ta’ala

Semua yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Allah subhanahu wata’ala sehingga segala sesuatu akan menjadi sia-sia jika Allah subhanahu wata’ala tidak menghendakinya. Lagi pula, jika kita berdo’a niscaya allah subhanahu wata’ala akan mengabulkannya, sebagaimana firmannya:

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ۝١٨٦

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (Qs. Al-Baqarah: 186)

Kesimpulan

Berprestasi di bidang akademik dan tahfizh bukanlah hal yang mustahil. Dengan tekad yang kuat, manajemen waktu yang baik, serta lingkungan yang mendukung, maka keduanya bisa dicapai bersamaan. Oleh karena itu, mari kita jadikan ini sebagai motivasi untuk terus berusaha dan berkarya.

Refleksi Ramadhan : Bagaimana Perjalanan Ibadahku?
2025-03-31

Refleksi Ramadhan : Bagaimana Perjalanan Ibadahku?

Ditulis oleh Muhammad Khalid Al-Walid pada 2025-03-31

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita begitu banyak rahmat dan kenikmatan-Nya. Sehingga sampai hari ini kita masih bisa merasakan kenikmatan tersebut. Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda nabi Muhammad shalllallahu alaihi wasallam, nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti saat ini yang kita rasakan.

Ramadhan, pasti kita sudah tidak asing lagi dengan bulan yang satu ini, bulan yang penuh berkah, bulan yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

“Allah berfirman dalam QS al-Baqarah, 183: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah, 183).

Dan kita sebagai seorang mukmin dianjurkan untuk memperbanyak ibadah kita di bulan ini, melebihi ibadah-ibadah kita di bulan yang lain.

Seperti ulama-ulama kita terdahulu yang melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya di bulan Ramadhan, dan berusaha untuk menjauhi maksiat secara totalitas.

Akan tetapi, apa kabar diri kita di bulan Ramadhan kali ini?

Apakah diri kita sudah lebih baik dari Ramadhan yang sebelumnya dengan melaksanakan ibadah secara totalitas, dan meninggalkan maksiat secara totalitas pula?

Kebanyakan anak cucu Adam sangat semangat dalam menyambut bulan Ramadhan, melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya, saat Ramadhan baru saja tiba menghampiri kita.

10 hari pertama Ramadhan, kita melihat banyak kaum muslimin membaca Al-Qur’an di masjid-masjid, melakukan aktivitas yang dipenuhi dengan kebaikan-kebaikan, melakukan bakti sosial, dan sebagainya. Karena semangat dalam menyambut Ramadhan, mereka berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan untuk mencari keberkahan di bulan Ramadhan kali ini.

Namun 10 hari berikutnya, jumlah orang yang masih disibukkan dengan kebaikan berkurang. Orang yang awalnya kita lihat berada di masjid untuk tilawah Al-Qur’an, orang yang selalu berada di shaf terdepan jika shalat berjamaah, orang yang menyibukkan dirinya dengan berdzikir mengingat Allah juga turut berkurang. Kebaikan-kebaikan itu tak bertahan lama, mereka mulai melakukan kembali kegiatan mereka yang jauh dari Ridha Allah. Semua amal kebaikan itu mulai tergantikan oleh hal yang sia-sia, melakukan ngabuburit bersama teman-teman sebangku yang sejatinya tak memiliki terlalu banyak manfaat untuk pahala puasa kita, dan melakukan kegiatan sia-sia yang lainnya. Al-Qur’an yang kita genggam mulai beralih ke telepon pintar kita, dzikir yang kita ucapkan setiap waktu juga mulai berpindah ke alunan musik yang berirama.

Lantas bagaimana perjalanan ibadah kita sebagai seorang mukmin?

Apakah baik-baik saja hingga detik ini?

Padahal Allah subhanahu wa ta'ala mencintai hamba-hambanya yang istiqomah di jalannya. Sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:

“Wahai sekalian manusia, kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus walau sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah subhanahu wa ta’ala sangat mencintai amalan hambanya yang terus-menerus walaupun itu sedikit. Dan itu seharusnya menjadi tamparan bagi kita hamba-hambanya yang belum istiqomah menjalankan ibadah di bulan penuh berkah.

Sebagaimana Rasulullah shallahu alaihi wasallam yang selalu meningkatkan ibadahnya di bulan Ramadhan terlebih lagi di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, yang dimana pada waktu tersebut Rasulullah mengencangkan ikat pinggangnya sebagai bentuk kesungguhan dalam beribadah demi meraih malam lailatul qadr.

Sebagaimana yang diucapkan Sekjen Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk. Fitra Ramadhani, Lc., M.Ag, saat wawancara bersama RRI Banda Aceh dalam program Dialog Ramadan, Senin (3/3/2025),

"Kita harus berkomitmen dalam menjalankan ibadah puasa. Konsistensi ini seperti menaiki anak tangga, tidak bisa langsung sampai ke puncak, tetapi harus dilakukan bertahap," ujarnya.

Ia menekankan bahwa ibadah yang baik harus dimulai dengan niat yang lurus, apakah untuk mengejar dunia atau akhirat. Selain itu, memperbaiki shalat dan bertaubat menjadi langkah awal agar ibadah di bulan Ramadan semakin bermakna.

"Jangan terlalu bersemangat di awal Ramadan lalu kehilangan semangat di akhir. Mulailah dengan perlahan, agar kebiasaan baik bisa terus terjaga," tambahnya.

Mempertahankan ritme ibadah kita selama Ramadhan dari awal hingga akhir bukanlah sesuatu yang mudah bisa dibilang konsisiten dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan adalah sesusatu yang menakjubkan karena tidak semua orang yang bisa untuk melakukannya, melakukan suatu ibadah itu mudah untuk dilakukan namun istiqomah di dalamnya itulah yang susah. Istiqomah itu berat, kalu ringan namanya Istirahat.

"Hikmah Ramadan adalah membangun kebiasaan baik. Jika kita mendapat fadhillah di bulan ini, maka di bulan-bulan berikutnya kita akan terbiasa melakukan kebaikan dan lebih semangat dalam beribadah," tutupnya.

Jadi bagaimana perjalanan ibadah kita?, apakah teteap konsisiten sampai akhir atau berhenti di tengah-tengah?

Penutup

Semoga artikel ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua, sehingga dapat istiqomah di bulan yang sangat berkah ini. Aamin ya rabbal alamiin

Wallahu a’lam bi shawaab

Manisnya Bulan Ramadhan Terletak Pada 10 Malam Terakhir
2025-03-12

Manisnya Bulan Ramadhan Terletak Pada 10 Malam Terakhir

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-03-12

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata’ala yang senantiasa memberikan kepada hamba-hambanya kenimatan tak terhingga sehingga kita masih memiliki kesehatan dan kesempatan. Dan shalawat serta salam senantiasa kita kirimkan kepada sayyidul basyar nabiyullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Saat memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan, banyak orang-orang yang mulai meninggalkan kebiasaannya di awal bulan ramadhan. Perhatian mereka telah teralihkan oleh kehidupan dunia yang fana ini. Banyak di antara mereka yang sudah fokus membuat kue untuk lebaran idul fitri, ada yang fokus me-ngecat rumahnya, ada yang fokus untuk mendesain halaman rumahnya, bahkan ada yang sudah melupakan kebiasaan mereka pada awal ramadhan. Padahal keutamaan bulan ramadhan yang sangat besar terletak pada sepuluh malam terakhirnya.

Ada banyak keutamaan untuk merasakan manisnya bulan ramadhan, apalagi di sepuluh malam terakhirnya. Diantaranya adalah mencari malam lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir. Seperti yang kita ketahui, sepuluh malam terakhir bulan ramadhan adalah puncak dari keutamaan pada bulan ramadhan. Karena pada malam itu terdapat malam yang sangat mulia, yang biasa kita sebut dengan malam lailatul qadr , malam yang penuh dengan keberkahan. Allah subhana wataala berfirman dalam Al-Quran:

إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْر

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (Q.S. Al-Qadr : 1)

Malam lailatul qadrlah malam yang sangat mulia, bahkan malam tersebut lebih baik dari seribu bulan atau setara dengan 83,4 tahun. Oleh karena itu, kita harus lebih bersemangat lagi pada sepuluh malam terakhir agar kita bisa memanfaatkan sepuluh malam terakhir ramadhan dengan sangat baik sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي يَعۡفُورٍ، عَنۡ أَبِي الضُّحَى، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ الۡعَشۡرُ شَدَّ مِئۡزَرَهُ، وَأَحۡيَا لَيۡلَهُ، وَأَيۡقَظَ أَهۡلَهُ.

Artinya: ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Ya’fur, dari Abudh Dhuha, dari Masruq, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, beliau mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. (HR. Bukhari No. 2024 dan muslim No. 1154)

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah sangat serius dalam menjalani bulan Ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhirnya baik dengan membaca Al-Quran, shalat malam, maupun berdoa. Beliau mengajarkan kita untuk berusaha meraih keberkahan pada malam lailatul qadryang sangat dijanjikan oleh Allah subhana wataala.

Dengan mencari malam lailatul qadr, kita akan mendapatkan manisnya bulan ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhirnya. Dan salah satu cara untuk mendapatkan malam lailatul qadr dengan sangat baik adalah dengan beri’tikaf di masjid. Guna dari beri’tikaf di masjid ini adalah untuk mendapatkan malam lailatul qadr dan beribadah di dalamnya dengan khusyuk, sehingga kita dapat merasakan nikmat dan manisnya dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. Rasulullah sering melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiallahu anha,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).

I’tikaf adalah waktu yang tepat untuk memfokuskan diri untuk beribadah kepada Allah subahana wataala tanpa gangguan duniawi. Pada waktu inilah seseorang dapat memanfaatkan waktunya dengan memperbanyak shalat, dzikir, dan tilawah Al-Quran. I’tikaf memanfaatkan kita untuk menjauhkan diri dari segala bentuk godann dunia dan lebih mendekatkan diri kepada Allah subahana wataala.

Penutup

Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat mulia. Di dalamnya terdapat malam lailatul qadr yang sangat mulia, bahkan lebih mulia dari seribu bulan. Dan dengan beri’tikaf di masjid kita bisa merasakan malam lailatul qadr dan dapat memanfaatkannya dengan sangat baik. Sehingga kita bisa merasakan manisnya bulan Ramadhan di sepuluh malam terakhirnya.

والله أعلم بالصواب

Masih Lalai Sholat Tarwih?
2025-03-11

Masih Lalai Sholat Tarwih?

Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-03-11

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah subhanahu wata’ala. Yang di mana Allah Subhanahu wata’ala memberikan kita begitu banyak kenikmatannya hingga pada hari ini kita masih diberikan waktu untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda kita yaitu nabiyullah Muhammad shallalahu alaihi wasallam, nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman islamiya seperti yang kita rasakan seperti saat ini.

Pada bulan Ramadhan ini, begitu banyak amalan-amalan sunnah yang harus kita tunaikan dan jika kita tidak menunaikanya maka kita akan rugi. Karena pada bulan Ramadhan semua amalan-amalan kebaikan akan dilipat gandakan, maka dari itu sungguh merugilah orang-orang yang lalai pada bulan Ramadhan ini.

Pada kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan apa itu shalat tarwih. Bagaimanasejarah shalat tarwih itu, kelalaian umat muslim ketika memasuki pertengahan Ramadhan dan keutamaan shalat tarawih itu sendiri. Maka dari itu mari kita simak materi berikut ini:

Apa Itu Shalat Tarawih?

Shalat tarawih adalah bentuk jamak dari tarawihah, yaitu secara istilah tempat istirahat sekali. Dinamakan demikian kerena para sahabat terdahulu ketika tarawih mereka memanjangkang berdiri, rukuk, dan sujudnya. Sehingga setelah melakukan shalat empat rakaat para sahabat mereka istirahat, kemudian bangun, dan menjalankan empat rakaat lagi, kemudian istirahat lagi, dan seterusnya.

Adapun secara istilah yaitu artinya qiyam Ramadhan, atau shalat di malam hari Ramadhan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu, dia berkata: Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan menunaikan qiyam Ramadan tanpa memerintahkan dengan kuat (baca: bukan wajib). Kemudian beliau bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: ”Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Sejarah Shalat Tarawih

Shalat tarawih hukumnya sunnah. Dahulu, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam pernah melakukan shalat ini di masjid dengan beberapa sahabat beliau, akan tetapi beliau tidak mengerjakan shalat ini di masjid karena khawatir shalat tersebut menjadi kewajiban dan seiring berjalannya waktu semakin banyak sahabat yang bermakmum dengan beliau.

Dalam sejarahnya, shalat tarawih dimulai dengan tiga kali kesempatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadan tahun kedua Hijriah.

Dalam Fathul Bari oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, disebutkan bahwa dalam riwayat tersebut tidak disebutkan jumlah rakaat yang dikerjakan oleh Ubay bin Ka'ab. Oleh karena itu, terdapat perbedaan pendapat. Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan bahwa jumlah rakaat yang dikerjakan adalah 11.

Imam Malik meriwayatkan dari Yazid bin Khashifah, dari As-Sa'ib bin Yazid, bahwa jumlah rakaat salat tarawih adalah 20 rakaat, selain salat witir. Sementara itu, dari Yazid bin Ruman, Muhammad bin Nashr meriwayatkan melalui jalur Atha', bahwa 'Aku mendapati mereka pada bulan Ramadan melaksanakan salat 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir.'

Di Indonesia, umumnya salat tarawih dilaksanakan dengan 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir, atau 20 rakaat dengan tambahan 3 rakaat witir. Kedua pelaksanaan dan jumlah rakaat salat tarawih tersebut memiliki dalil yang kuat, sebagaimana disebutkan di atas.

Kelalaian Umat Muslim Ketika Memasuki Pertengahan Ramadhan

Dalam pertengahan bulan Ramadhan, kita mendapatkan sudah banyak umat muslim yang lalai dari menunaikan sholat tarawih. Dikarenakan sudah banyak yang malas, dan sebagian besar banyak mempersiapkan kebutuhannya untuk mempersiapkan hari lebaran, dan ada juga yang pulang kampung. Sehingga tidak bisa menyempatkan dirinya untuk shalat tarwih berjamaah di Masjid. Justru pada akhir-akhir Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak lagi amalan sunnah kita, seperti:

Mulai pertengahan Ramadhan (malam 15 Ramadhan) disyariatkan qunut witir, termasuk sunnah ab’adh menurut ulama Syafiiyah, Al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam shalat witir, yaitu:

اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Artinya: “Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi)” (HR. Abu Daud, no. 1425; An-Nasai, no. 1745; Tirmidzi, no. 464. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Ketika memasuki pertengahan Ramadhan hendaknya udah setengah bahkan lebih Al-Qur’an yang telah kita baca, Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ « فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »

Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih daripada itu.” (HR. Bukhari No. 5054).

Mempersiapkan diri memasuki 10 malam terakhir Ramadhan, Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim, no. 1174).

Kesungguhan Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam dalam 10 malam terakhir Ramadhan itu ada 2, yaitu:

Merupakan penutup Ramadhan yang diberkahi, kerena setiap amalan itu dinilai pada akhirnya.

Karena di setiap 10 malam terakhir Ramadhan terdapat malam yang begitu mulia yaitu, malam lailatul qadar dan ketika dia sibuk dengan malam tersebut maka dia akan mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala.

Memperbanyak sedekah. Dalam shahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307)

Kesimpulan

Jadi Kesimpulan yang kitab bisa ambil dari materi di atas, yaitu pentingnya shalat tarawih dibulan suci Ramadhan ini. Karena Nabi Muhammmad shallallaahu alaihi wasallam dan para sahabatnya terdahulu rutin dan semangat dalam melaksakan ibadah tersebut. Karena orang yang shalat tarawih akan mendapatkan, pengampunan dosa, pahala yang berlipat ganda, serta berbagi bentuk kemuliaan yang Allah subhanahu wata’ala janjikan.

Semoga kita semua bisa menjalankan ibadah ini dengan baik dan sempurna dibulan Ramadhan ini dan semoga puasa kita pada tahun ini lebih baik dari pada tahun-tahun berikutnya, serta kita termasuk orang-orang yang selamat dunia dan akhirat.

آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

Penyebab Sulit Menghafal
2025-03-08

Penyebab Sulit Menghafal

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-03-08

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Rabb semesta alam yang telah menciptakan bumi dan langit dan segala yang ada di alam semesta ini. Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada nabi kita nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam.

Menghafal al-Qur’an sudah menjadi kebiasaan bagi kita yang memegang gelar penuntut ilmu. Akan tetapi, pasti kita telah banyak merasakan bagaimana susahnya dalam menghafal al-Qur’an. Iya kan? Tentu saja, menghafal al-Quran memang memerlukan kefokusan serta ketekunan yang ekstra. Oleh karena itu, kami akan sedikit memberitahu kenapa kita bisa susah dalam menghafalnya.

Berikut faktor-faktor yang membuat kita susah dalam menghafal:

Yang pertama: Niat Yang Ditujukan Bukan Karena Allah.

Niat adalah sesuatu yang harus paling diutamakan sebelum beramal. Apalagi dalam menghafal, perlu niat yang ditujukan kepada Allah subhana wata’ala. Tanpa niat yang baik, kita akan mengalami kesusahan dalam menghafal al-Qur’an karena bisa jadi Allah Ta’ala belum ridha atas usaha kita.

Oleh karena itu, kita harus memperbaiki kembali niat kita dalam mengahafalkan a-Qur’an.

Yang kedua: Tidak Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Prioritas.

Al-Qur’an adalah pedoman yang terbaik bagi kita semua sebagai kaum muslimin. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita memprioritaskan al-Qur’an sebagai tujuan utama dari hidup kita. Tanpa memprioritaskan a-Qur’an, perhatian kita akan mudah teralih ke tujuan yang lain yang lebih menuju ke kehidupan dunia yang fana.

Marilah kita memprioritaskan al-Qur’an, karena al-Qur’an adalah sebaik-baik pedoman.

Yang ketiga: Kita Kurang Yakin Akan Kemampuan Yang Tertanam Dalam Diri Kita.

Sebagai penghafal al-Qur’an, kita harus yakin terhadap kemampuan kita. Kemampuan itu pasti tertanam dalam diri kita, jangan terlalu terpengaruh dengan kemampuan orang lain. Mereka juga memiliki batas kemampuan masing-masing. Bangkitkanlah kemampuan itu dengan tidak terlalu terpengaruh dengan kemampuan orang lain. Yakinlah pada diri kalian sendiri bahwa kalian pasti bisa menghafalnya.

Yang keempat: Akibat Dosa dan Maksiat

Yang terakhir adalah akibat dosa dan maksiat sendiri yang telah dilakukan, bisa menjadi efek sulitnya menghafal al-Qur'an. Sebagaimana kisah Imam Syafi'i yang telah ma'ruf di kalangan kita. Di mana kala itu Imam Syafi'i mengadukan kepada Gurunya Waki' terkait hafalannya yang jelek. Padahal beliau seorang penuntut ilmu yang begitu kuat hafalannya, namun mengapa di pertengahan proses hafalan beliau ada waktu yang begitu berat. Imam Syafi'i mengisahkan,

Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

Penutup

Dengan melakukan cara tersebut, kalian akan merasakan bagaimana rasanya menghafal al-Qur’an tanpa merasa kesusahan. Dan ingatlah, bahwa penyebab terbesar kita susah menghafal itu adalah dosa-dosa yang kita miliki, baik besar maupun kecil.

Semoga Allah Ta’ala selalu memudahkan kita dalam urusan apapun, dan semoga Allah Ta’ala selalu meluruskan niat kita di jalannya yang lurus.

Amiin yaa rabbal alamiin

Tips Menjalani Bulan Ramadhan
2025-03-08

Tips Menjalani Bulan Ramadhan

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-03-08

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah subhanahu wata’ala yang selalu memberikan kita banyak kenikmatan yang membuat kita selalu menyebarkan kebaikan. Dan shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepeda suri teladan kita, nabiyullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Dalam menjalani bulan Ramadhan kita harus memiliki kegiatan yang ditujukan pada waktu tertentu, agar amalan kita di bulan Ramadhan dapat diamalkan terus-menerus dengan konsisten. Oleh karena itu, kita harus mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika waktu Ramadhan telah tiba sehingga aktivitas kita betul-betul terstruktur dengan rapi.

Berikut tips-tips agar aktivitas kita terstruktur di bulan Ramadhan :

Yang Pertama: Membuat Target

Dalam memasuki bulan ramadhan, pasti kita ingin waktu kita terisi dengan kegiatan-kegiatan yang terstruktur dengan rapi. Oleh sebab itu, kita harus membuat target dalam ramadhan kali ini, agar kegiatan kita setiap harinya dapat dikerjakan secara teratur.

Yang Kedua: Tidak Menunda Waktu Shalat 5 Waktu

Kita tidak boleh menunda waktu dalam hal ibadah dan lebih memilih untuk melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Jadi, kita harus memanfaatkan waktu kita agar kita tidak menyia-nyiakan waktu kita pada bulan yang berkah ini.

Yang Ketiga: Memperbanyak Membaca Al-Quran Dan Mentadabburinya

Membaca Al-Quran adalah amalan yang banyak dilakukan oleh umat muslim pada bulan ramadhan. Oleh karena itu, memperbanyak membaca Al-Quran adalah suatu amalan yang sangat dianjurkan pada bulan ramadhan. Tidak cukup sampai di situ, kalau kita hanya memperbanyak membaca Al-Quran, maka kita tidak akan merasakan keagungan dan kebesaran Allah. Oleh karenanya, kita juga harus mentadabburinya agar kita dapat merasakan keagungan Al-Quran dan dapat menikmati lantunan dari ayat ke ayat.

Yang Keempat: Mengisi Waktu Luang

Dalam sehari, pasti kita memiliki waktu luang yang sangat banyak. Iya, kan? Oleh sebab itu, kita harus mengisi waktu luang kita dengan sesuatu yang bermanfaat, contohnya, membaca alquran, memperbanyak shalat sunnah, dll.

Yang Kelima: Hindari Perkara Yang Melalaikan

Kalau kita berada di rumah, pasti banyak godaan yang menghasut kita. Apalagi berada di samping si persegi panjang, kita tidak akan kuat dalam menahan diri untuk tidak menggunakannya. Oleh karena itu, kita harus menjauhkan diri dari sesuatu yang akan membuat kita lalai dalam melakukan ibadah. Caranya cukup mudah, kita tinggal pergi menuju masjid yang dekat dengan rumah kita tanpa membawa handphone kita atau dengan mematikan daya handphone kita agar kita bisa fokus beribadah kepada Allah subhana wat’aala.

Yang Keenam: Mengurangi Waktu Tidur Tapi Tidak Menguranginya Secara Berlebihan

Beribadah di bulan ramadhan memiliki banyak keutamaan dan kespesialan tersendiri, oleh sebab itu, banyak diantara kita rela mengurangi waktu tidurnya untuk beribadah kepada Allah subhana wata’ala. Akan tetapi, mengurangi waktu tidur secara berlebihan dapat mengurangi kualitas imun kita. Sehingga kita akan merasakan kelelahan secara berlebihan dan membuat tubuh kita mudah sakit. Oleh karena itu, kita harus menentukan kapan saja waktu tidur kita, dan kapan saja waktu kita fokus beribadah agar imun tubuh kita tetap sehat sehingga ibadah kita tidak terganggu oleh rasa lelah yang berlebihan.

Penutup

Dengan mengetahui cara menjalani bulan Ramadhan dengan baik, kita akan merasakan banyak sekali kenikmatan dan keagungan bulan Ramadhan. Dan kita bisa melaksanakan ibadah dengan baik dan konsisten dalam melaksanakannya.

Sunyi di Tepian Ingar Bingar kota
2025-03-08

Sunyi di Tepian Ingar Bingar kota

Ditulis oleh Rahmat Sadli, S.P pada 2025-03-08

Ingar bingar kota di malam hari

Lalu lalang kendaraan silih berganti

Malam yang sibuk seolah tanpa arti

Pemuda-pemudinya sibuk memadu kasi

ABG-nya menantang maut dengan motor modifikasi

Sekelompok pemuda menepi

Memutar gelas dan meneguknya secara berganti

Gadjet di gengaman dengan kecepatan pencet yang tak terkendali

Diiringi dengan kata-kata kotor yang merusak hati

Mereka lalai hingga pagi hari

Seolah mati bagaikan janji politisi

Seolah harta dan tahta mencukupi di kehidupan abadi

Sunyi di tepian Ingar Bingar kota

Sebagian pemuda menepi dari ingar bingar kota

Menepi dari kejamnya dunia

Dunia yang dapat mencabut imam dan hidayah

Dunia yang mengubah usia emas jadi tak berguna

Sebagian pemuda menepi atas sudi orang terkasih

Pilihan yang harus mereka bayar dengan air mata bahkan darah

Nampak tak ada masalah namun menahan pedih dalam dada

Menahan gejolak rindu yang tak bisa terlukiskan oleh pena

Tiga tahun lamanya engkau berjuang hingga hari ini

Meninggalkan orang terkasih walau berat hati

Berselimut dingin yang menusuk bagai belati

Menahan kantuk dengan kedipan mata yang tak terkendali

Menghafal Al-Qur'an dan hadits dengan tertatih-tatih

Mengikuti semua pelajaran walau badan telah letih

Memberanikan tampil di depan hadirin walaupun kaki bergetar tiada henti

Semuanya engkau lalui agar jadi mujahid yang dinanti

Memberi mahkota kemuliaan untuk orang terkasih

Membawa perubahan untuk umat, bangsa dan negeri

Hingga... mati dalam keadaan yang diridoi

Memdapat surga yang merupakan kenikmatan abadi

Setelah tiga tahun engkau manapaki perjuangan

Kesunyian ini.. kini kan kau tinggalkan

Meninggalkan para ustadz…, guru… yang melepas engkau dari jerat kejahiliyaan

Mengajarkan ilmu yang merupakan lentera kehidupan

Meninggalkan keindahan.. kesejukan… pondok himmatul Qurán

Berpisah dengan teman yang membersamai dalam perjuangan

Apalah daya… tak ada yang mampu menggugat perpisahan

Hanya doa dan harapan yang dapat kami titipkan

Semoga engkau tetap istiqomah di jalan-Nya

Senantiasa berada dalam lindungan-Nya

Semoga kelak Allah persatukan kita kembali dalam surnga-Nya

Salam dari kami yang akan kau tinggalkan.

Kejayaan Kan Kembali Diraih
2025-03-08

Kejayaan Kan Kembali Diraih

Ditulis oleh Rahmat Sadli, S.P pada 2025-03-08

Hatiku gunda ditengarai keresahan

Melihat umat islam didera beragam persoalan

Ditindas, dibantai tanpa dapat melawan

Pemeluknya banyak namun bagai bui di lautan

Terombang ambing di tengah derasnya arus zaman

Perzinahan tanpa malu dipertontonkan

Al-Qur'an dan hadits seolah sebatas pajangan

Seolah kejayaan hanya sebatas angan-angan

Keresahan kian tak terbendung

Melihat dunia pendidikan yang harusnya jadi harapan

Justru biang persoalan

Predikat terdidik seolah hanya sekedar pengakuan

Peserta didiknya kehilangan sopan satun

Pendidiknya tak bisa jadi teladan

Birokrasinya curi-curi kesempatan untuk meraut keuntungan

Para wali terlalu banyak tuntutan tapi lupa dengan kewajiban

Sadarlah wahai para pejuang

Apa guna menggugat kegelapan

Jika tak mampu jadi lentera penerang

Di tempat ini, di Himmatul Qur’an

Kita bekerjasama mencetak para pejuang

Yang dalam dadanya bercokol al-Qur'an

Kelak akan jadi lentera penerang

Ketahuilah saudaraku umat islam pernah jaya

Jaya ditangan pemuda yang semangatnya membara

Al-Qur'an dan Hadits di gigi gerahamnya

Membuat ciut negara agdidaya,

Romawi dan Persia

Melalui tempat ini

Kejayaan itu kan kembali diraih

Saatnya kesampingkan ego pribadi

Tak ada lelap dalam pembaringan mulai hari ini

Menyongsong kemenangan yang telah lama dinanti

3 Tips Betah Di Pondok
2025-03-08

3 Tips Betah Di Pondok

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-03-08

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puja dan puji hanya milik Allah subhana wata’ala yang telah memberi kita begitu banyak nikmatnya. Dan shalawat serta salam kita kirimkan kepada nabi kita nabiyullah Muhammad shallahu alaihi wasallam.

Pondok pesantren adalah Lembaga Pendidikan tradisional islam di Indonesia yang menempatkan para santri untuk belajar ilmu-ilmu agama dan juga kedisiplinan. Akan tetapi, tidak banyak para santri yang betah berada di dalam pondok, dan itu bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari karena selalu ingat suasana rumah, selalu ingat orang tua, ataupun karena suasana dipondok kurang cocok untuknya.

Tapi semua suasana tidak nyaman itu bisa kita musnahkan dengan berbagai tips-tips yang akan kami sampaikan setelah ini.

Berikut tips- tips untuk betah berada di dalam pondok:

Berusaha Membiasakan Diri Berada Di Suasana Baru

Sebagian besar santri baru pasti pernah merasa kurang nyaman berada di dalam pondok. Tapi rasa tidak nyaman itu bisa dihilangkan, kalau saja kita berusaha untuk membiasakan diri berada di sekitar pondok. Kita harus berbaur dengan santri lainnya, agar rasa jenuh di dalam pondok bisa dihilangkan bersama-sama.

Mengisi Segala Waktu Luang Dengan Sesuatu Yang Bermanfaat

Sebagai santri, kita pasti memiliki banyak waktu luang. Akan tetapi, pada saat kita berada di waktu luang, waktu terasa berjalan begitu lambat. Oleh karenanya, kita harus mengisi waktu luang itu dengan yang bermanfaat. Misalnya, mengaji (fokus untuk khatam al qur’an), masuk ke study club mata pelajaran tertentu (sesuai mapel yang diinginkan), atau kita bisa ikut berpatisipasi ke dalam organisasi-organisasi yang ada di dalam pondok.

Dengan itu, waktu akan terasa lebih cepat dan rasa jenuh bisa dihilangkan dengan mudah.

Mencari Tempat Ternyaman Di Dalam Pondok Untuk Menjernihkan Pikiran

Berada di dalam pondok juga pasti memiliki waktu sibuk tertentu. Oleh karena itu, kita bisa menjernihkan pikiran kita di tempat yang kita sukai di dalam pondok. Misalnya, di dalam kamar, gazebo, masjid, atau tempat-tempat lainnya yang kita rasa sangat nyaman untuk dijadikan tempat penjernih pikiran.

Dangan itu, kita dapat lebih terbiasa berada di dalam pondok dan dapat menghilangkan rasa selalu ingin pulang.

Penutup

Dengan memahami tips-tips tersebut, kami yakin anda akan menjadi lebih betah berada di dalam pondok, dan juga anda bisa merasa lebih nyaman berada di sekitar orang-orang baru yang berasal dari berbagai daerah.

Semoga Allah selalu menjaga niat kita dalam menuntut ilmu, dan juga selalu menjaga kita dari segala bahaya dan tipu daya yang tersebar di daerah sekitar kita.

aminn yaa rabbal alamiin.

Nasehat: Jangan Nyerah
2025-03-03

Nasehat: Jangan Nyerah

Ditulis oleh Ayman Farnaz pada 2025-03-03

Susah ya, pengen menjadi lebih baik,

Tapi seakan ditarik dunia.

Ingin jadi lebih baik,

Tapi gak kuat ngelawan semuanya sendiri.

Rasanya ingin jatuh ke belakang.

Udah… pasrah aja.

Rasa cemas, cemas dan cemas. Gak ada orang yang suka. Tapi rasa itu kayaknya suka sama aku.

Takut ya? Gak jadi apa-apa nanti?

Rasanya gak cocok ada disini

Cita-citaku?

Mungkin di alam mimpi saja.

Teringat anak kecil dulu yang mengatakan, “Saya ingin jadipolisi”, “Ingin jadi dokter”, “Ingin jadi presiden”, dll.

Mana anak yang mengatakannya?

Udah dikubur sama kedewasaanmu ya?

Atau itu perkataan remeh yang hanya keluar dari mulutseorang anak kecil?

Huhh…

Capek ya?

Rasanya kayak berdiri satu kaki tanpa pegangan.

Jadi?

Mau nyerah aja?

Masa gak kuat?

Berat sih iya…

Jadi, kamu nyerah gitu aja?

Janganlah…

Kamu itu hebat.

Hebat banget.

Cuma berapa orang yang bertahan di titik serendah-rendahnya?

Kebanyakan mereka memilih untuk jatuh ke belakang.

Sudah sampai di titik serendah-rendahnya gak?

Mudah loh untuk bertahan.

Wah, kamu betul betul hebat.

Jangan stuck di situ aja.

Jangan terpaku sama satu hal doang.

Masih banyak pintu terbuka lebar untuk masa depan.

Cari pintu itu, masuki satu satu.

Dunia ini gak sebatas itu itu aja.

Coba buka matamu, luaskan?

Jangan dipaksa.

Mungkin Allah menghalangimu karena ada yang lebih baik bagimu.

Masih banyak orang yang bangga sama kamu.

Masih banyak orang yang sayang sama kamu.

Masih banyak orang yang berharap sama kamu.

So…

Jangan kecewakan mereka yah…

Jalan sukses itu banyak, sukses itu bukan jadi kaya, ataupun berhambur harta.

Tapi menjadi bermanfaat bagi orang lain.

Kamu itu kuat dan hebat, pokoknya the best.

Memang kamu tidak bisa jadi seperti mereka.

Kamu ya kamu!

Jadi versi terbaik dirimu untuk melangkah sedikit lagi.

Jadi lebih baik untuk diri ini.

Kejar masa depan!... yang menantimu.

Okey… Jangan nyerah.

Fikih Ibadah Puasa Dan Masalah  Kontemporer Seputar Puasa
2025-03-03

Fikih Ibadah Puasa Dan Masalah Kontemporer Seputar Puasa

Ditulis oleh Andi Abdullah Bin Hasyim pada 2025-03-03

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam syariat islam, setiap ibadah masing-masing memiliki macam hukum tersendiri yang berbeda dengan hukum ibadah lainnya. Terlebih dalam tata caranya ibadah satu dengan ibadah lainnya.

Maka pada kesempatan kali ini, kami memaparkan artikel yang sangat berkaitan dengan bulan Suci Ramadhan. Tidak lain yaitu puasa. Kita akan mengetahui, apakah definisi puasa, pembatal-pembatalnya, dan siapa saja yang boleh tidak berpuasa

Pengertian Puasa

Secara bahasa, puasa berasal dari kata (الإمساك) yang berarti menahan. Adapun menurut syariat, puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar shadiq (adzan shubuh) hingga terbenamnya matahari (adzan maghrib).

Pembatal-Pembatal Puasa

Karena puasa merupakan menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, maka selanjutnya yang harus kita ketahui adalah apa saja yang dapat membatalkan puasa. Perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa ada 9, yaitu:

1. Memasukkan Sesuatu Ke Dalam Salah Satu Dari 5 Lubang

a. Mulut. Memasukkan sesuatu ke dalam mulut adaempat hukumnya:

• Membatalkan: Jika sesuatu masuk ke dalam mulutdan ditelan dengan sengaja, dalam keadaan iasadar bahwa sedang puasa.

Adapun masalah ludah, maka tidak mengapa menelannya dengan sengaja dengan syarat, ludahkita sendiri, ludah tersebut tidak bercampurdengan sesuatu yang lain, serta ludah tersebut tidak keluar dari mulut.

• Makruh: Memasukkan sesuatu ke dalam mulut tanpa ditelan, hanya untuk main-main saja. Jika air yang berada di mulut tersebut tertelan secara tidak sengaja, maka puasanya tetap batal.

• Mubah: Ketika seorang juru masak mencicipi masakannya dengan niat untuk membenahi rasa. Tidak harus seorang juru masak, tetapi siapapun yang bertanggung jawab dengan suatu masakan. Dengan catatan bahwa tidak boleh ditelan, karena untuk mencicipi masakan cukup dirasakan dengan lidah.

• Sunnah: Berkumur-kumur ketika berwudhu. Air tersebut tidak boleh ditelan. Jika tidak sengaja tertelan, maka puasanya tidak batal dengan catatan ia tidak berkumur-kumur secara berlebihan.

b. Hidung

• Batasan memasukkan sesuatu ke dalam hidung adalah Ketika kita memasukkan air ke dalamnya, maka hidung terasa tersengak. Yaitu hidung bagian atas dekat dengan mata.

c. Telinga

• Batasan memasukkan sesuatu ke dalam telinga adalah bagian dalam telinga yang tidak bisa dijangkau oleh jari kelingking kita. Sehingga jika kita membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud, maka puasa kita berpeluang batal.

d. Jalan Depan (Qubul).

• Memasukkan sesuatu ke dalam qubul itumembatalkan puasa, meski tujuannya untukpengobatan, dan juga harus berhati-hati Ketikasedang mencuci kemaluan setelah buang hajat.

e. Jalan Belakang (Dubur).

• Begitu pula jika memasukkan sesuatu ke dalam dubur, maka puasa menjadi batal.

2. Muntah Dengan Sengaja

Muntah dengan sengaja itu membatalkan puasa. Adapun muntah secara tidak sengaja, maka hal itu tidak membatalkan puasa. Dengan syarat tidak menelan ludah bekas muntah yang ada di mulut. Bekas muntah yang ada di mulut tersebut dapat dihilangkan dengan cara berkumur-kumur dengan air yang suci.

3. Bersenggama

Bersenggama pada siang hari di bulan Ramadhan merupakan dosa besar. Jika hal ini dilakukan, maka puasanya batal serata ada denda atau kaffarat yang harus dibayar, yaitu:

a. Membebaskan budak.

b. Puasa dua bulan berturut-turut.

c. Memberi makan 60 orang miskin.

Untuk membayar kaffarat tersebut hanya dapat melakukan salah satunya, jika tidak bisa yang (a) maka yang (b), jika yang (b) pun tidak bisa maka dapat melakukan yang (c)

4. Keluarnya Air Mani Dengan Sengaja

Adapun jika keluarnya mani tidak disengaja, sepertimimpi basah, maka hal tersebut tidak membatalkanpuasa.

5. Hilang Akal

a. Gila: baik itu gila yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, maka puasanya tetap batal.

b. Mabuk atau Pingsan: Jika disengaja, maka puasanya batal meski hanya sebentar. Adapun jika pingsan dan mabuknya tidak disengaja maka akan membatalkan puasa jika terjadi seharian penuh. Tapi jika ia sempat sadar di siang harinya, maka puasanya tetap sah.

c. Tidur: Tidak membatalkan.

6. Haid

Jika seorang Perempuan mengalami haid, meski adzan tinggal semenit, maka puasanya batal.

7. Melahirkan

Melahirkan itu membatalkan puasa, baik itu mengeluarkan bakal bayi (Aborsi) ataupun mengeluarkan bayi.

8. Nifas

Nifas merupakan darah yang keluar setelah melahirkan.

9. Murtad

Keluar dari Islam atau yang biasa dikenal dengan istilah murtad tentu saja membatalkan puasa. Karena amalan seseorang tidak akan diterima kecuali dengan beragama islam.

Orang-Orang Yang Boleh Untuk Tidak Berpuasa

1. Anak kecil yang belum baligh

Ada 3 tanda seseorang sudah baligh, yaitu

a. Keluarnya mani pada usia 9 tahun hijjriah

b. Keluar darah haid pada usia 9 tahun hijriah

c. Jika keduanya tidak keluar, maka Ketika ia genap berumur 15 tahun, maka ia baligh

2. Gila

Gila dibagi menjad 2, gila yang disengaja dan yang tidak disengaja.

3. Sakit

Sakit juga dibagi menjadi 2, yaitu sakit yang memiliki harapan sembuh dan sakit yang tidak memiliki harapan sembuh.

4. Orang tua (lansia)

Orang tua yang lanjut usia juga boleh untuk tidak berpuasa.

5. Bepergian (musafir)

Jarak seseorang dikatakan safar adalah sejauh 84 km

6. Hamil

Orang yang hamil dikategorikan menjadi 3, yaitu yang khawatir akan kondisi dirinya, yang khawatir akan kondisi dirinya dan bayinya, dan yang khawatir akan kondisi bayinya saja.

7. Menyusui

Orang yang menyusui juga dikategorikan seperti orang perempuan yang hamil.

8. Haid

9. Nifas

Demikianlah masalah-masalah yang ada kaitannya seputar puasa. Semoga apa yang telah kita pelajari bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada ibadah puasa kita semua. Menjadikan ibada puasa kita lebih bernilai di sisi Allah Ta’ala.

Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Amalan Spesial Ramadhan
2025-03-03

Amalan Spesial Ramadhan

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-03-03

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillahi rabbil alamin. Sesungguhnya segala puja dan puji hanyalah milik Allah yang telah memberikan kita banyak kenikmatan, dan diantara nikmat terbesar yang Allah subhanahu wata’alaberikan sekarang adalah nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga bisa berjumpa dengan Ramadhan di tahun 1445 Hijriah ini. Dan shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada nabi kita nabiyullahMuhammad shallalahu alaihi wasallam.

Kita telah memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang mulia, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh dengan ampunan, dan bulan yang dimana permulaan Al-Quran diturunkan. Oleh karena itu,sudah siapkah kita beramal di bulan Ramadhan tahun ini? Sudah siapkah kita lebih giat beribadah di bulan Ramadhan tahun ini? Ataukah kita sudah siap untuk mengurangi tidur kita untuk fokus meraih pahala dan ampunan Allah Ta’ala? Kalau kita sudah siap, maka yang kita harus lakukan pertama kali adalah dengan me-manage waktu kita agar kegiatan kita di bulan Ramadhan ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana kita.

Selain shalat lima waktu, terdapat banyak amalan spesial yang sangat dianjurkan dalam bulan Ramadhan yang berdasarkan dalil-dalil shahih dari Al-Quran dan hadits.

Berikut amalan spesial di bulan Ramadhan yang dapat menambah pahala kita berkali-kali lipat:

1. Mengerjakan Puasa Dengan Ikhlas Dan Mengharap Pahala Dari Allah Subhanahu Wataala

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah:183)

Berpuasa adalah amalan utama yang wajib dilakukan oleh seorang muslim yang telah mencapai usiabaligh dan mampu berpuasa di bulan Ramadhan. Berpuasa bukan sekedar menahan lapar dan haus akan tetapi juga menahan segala perbuatan buruk seperti ghibah, bohong, amarah, dll.

2. Shalat Tarawih

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang melakukan shalat tarawih dengan dilandasi iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari).

Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari bulan Ramadhan. Shalat ini memiliki keistimewaan tersendiri karena merupakan ibadah yang dilakukan setelah isya, dapat dilakukan dengan jumlah rakaat yang bervariasi antara 8 atau 20 rakaat.

3. Memperbanyak Membaca Al-Quran

Bulan Ramadhan juga dijuluki syahrul qurra’ (bulan membaca Al-Quran). Oleh karena itu, kita dianjurkan memperbanyak membaca Al-Quran, karena di bulan ini adalah bulan yang di mana pemulaan Al-quran diturunkan. Membaca Al-Quran di bulan ini lebih utama dan memiliki pahala yang lebih besar.

شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (Al-Baqarah: 185)

4. Memperbanyak Sedekah

bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dianjurkan bersedekah di dalamnya. Sedekah yang diberikan pada bulan ini akan dilipat gandakan pahalanya. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan di dunia. Jadi sudah sepatutnya kita mencontohi teladan kita. Sebagaimana dalam hadits,

كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أجْوَدَ النَّاسِ، وكانَ أجوَدُ ما يَكونُ في رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وكانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ في كُلِّ لَيْلَةٍ مِن رَمَضَانَ، فيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أجْوَدُ بالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ.

"Adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam orang yang paling dermawan dalam kebaikan dan sifat dermawannya semakin bertambah pada bulan Ramadhan tatkala malaikat Jibril menemui Beliau shallallahu alaihi wasallam untuk mengajarkan Al-Qur'an. Jibril 'alaihissalam biasa mendatangi beliau setiap malam bulan Ramadhan hingga berakhirnya bulan tersebut. Pada setiap malam itu Nabi senantiasa memperdengarkan bacaan Al-Qur'annya kepada Jibril. Apabila Jibril ‘alaihissalammenjumpai beliau maka beliau sangat dermawan pada kebaikan melebihi angin yang berembus."(HR. Al-Bukhari 1769 dan Muslim 4268)

Oleh karena itu, mari kita memperbanyak sedekah kita agar kita dapat memanen pahala di bulan Ramadhan sebanyak-banyaknya.

5. Beri’tikaf Di Masjid

I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan tujuan untuk memperbanyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wataala. Amalan yang satu ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. Meskipun amalan ini tidak diwajibkan, namun amalan ini memiliki keutamaan yang sangat besar, terutama pada malam-malam yanag penuh berkah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam rutin melakukan i’tikaf di masjid pada sepulu malam terakhir sebagaimana dalam hadits riwayat bukhari No. 2026 dan muslim No.1172.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَت:أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)

6. Membayar Zakat Fitrah

Amalan ini adalah amalan yang diwajibkan setiap muslim menjelang akhir Ramadhan, sebagai bentuk penyucian jiwa dan sebagai tanda syukur kita atas nikmat yang Allah subhanahu wata’ala.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ اَلْفِطْر,صَاعًا مِنْ تَمْرٍ, أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ: عَلَى اَلْعَبْدِ وَالْحُرِّ, وَالذَّكَرِ, وَالْأُنْثَى, وَالصَّغِيرِ, وَالْكَبِيرِ, مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ اَلنَّاسِ إِلَى اَلصَّلَاةِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi hamba dan yang merdeka, bagi laki-laki dan perempuan, bagi anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar zakat tersebut ditunaikan sebelum manusia berangkat menuju shalat‘ied.” (HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984)

Pastikan kita menunaikan zakat fitrah dengan niat yang tulus dan tepat waktu, agar meraih berkah dan pahala yang besar dari Allah subhana wataala pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Penutup

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya tertabur pahala dan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala. dengan menjalankan seluruh amalan-amalan yang sudah disebutkan tadi, kita akan meraih pahala dan ampunan dari Allah subhana wata’ala dengan berkali-kali lipat.

Semoga Allah subhanahu wata’ala selalu memberikan kita kesehatan dalam bulan Ramadhan kali ini,agar kita dapat beramal dengan sangat baik sehingga kita dapat meraih pahala dan ampunan-Nya berkali-kali lipat.

Amalan Pada Bulan Ramadhan
2025-03-01

Amalan Pada Bulan Ramadhan

Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-03-01

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

Alhamdulillah, Kembali lagi kita memuji Allah subhanahanu wata’ala, yang telah memberikan kita begitu banyak kenikmatannya yang setiap hari, detik, dan waktu yang kita rasakan sampai sekarang ini. Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam, yang membawa kita dari bodoh nya zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti sekarang yang kita rasakan.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang begitu mulia karena didalamnya begitu banyak keutamaan-keutamaan, seperti bulan diturunkannya kitab suci Al-Qur’an, terdapat malam lailatul qadar, kebaikan dilipat gandakan, dan masih banyak keutamaa-keutamaan lainnya. Akan tetapi masih banyak umat muslim yang mengsia-siakan waktunya, mari kita bahas waktu-waktu apa saja itu:

Amalan Dalam Puasa

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Amalan Di Malam Lailatul Qadar

Lailatul qadar di dalamnya akan dilipatgandakan pahala sebagaimana dalam ayat tersebut:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(QS. Al-Qadr: 3)

Maksudnya adalah ibadah di malam Lailatul Qadar lebih baik dari ibadah di seribu bulan lamanya.

Amalan Dalam Umrah:

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya pada seorang wanita,

مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا

“Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?”

Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ada juga dalam lafadz bukhari,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863)

Al-Qari dalam Mirqah Al-Mafatih (8: 442) berkata, “Maksud senilai dengan haji adalah sama dan semisal dalam pahala.” Akan tetapi yang sebenarnya terjadi pahala haji lebih berlipat-lipat daripada pahala umrah. Karena haji adalah salah satu rukun Islam.

Akan tetapi umrah ini, jika dalam bulan Ramadhan untuk orang yang mampu saja kerena, banyak orang yang sibuk dan kurang mampu untuk melaksakannya.

  1. Amalan dalam Puasa: Puasa memiliki keistimewaan yang sangat tinggi di sisi Allah. Setiap amalan kebaikan dilipatgandakan antara sepuluh hingga tujuh ratus kali, namun puasa memiliki keistimewaan khusus, yaitu Allah Ta’ala langsung yang membalasnya. Puasa juga memberikan dua kebahagiaan, yaitu saat berbuka dan saat bertemu dengan Allah Ta’ala. Bahkan, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah Ta’ala daripada bau minyak kasturi.

  2. Amalan di Malam Lailatul Qadar: Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat istimewa, yang lebih baik dari seribu bulan. Ibadah yang dilakukan pada malam ini memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.

  3. Amalan dalam Umrah: Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang sangat besar, setara dengan pahala haji bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Meskipun demikian, haji tetap lebih utama dan memiliki pahala yang lebih besar, karena haji merupakan rukun Islam. Umrah di bulan Ramadhan sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu, karena ibadah ini memberikan pahala yang luar biasa.

Secara keseluruhan, materi ini menekankan pentingnya melaksanakan amalan-amalan ibadah dengan sepenuh hati, terutama dalam puasa, malam Lailatul Qadar, dan umrah di bulan Ramadhan, karena setiap amalan tersebut membawa pahala yang sangat besar di sisi Allah Subhanahu Wata’ala.

آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

Keutamaan Di Bulan Ramadhan Dan Cara Menyiapkannya
2025-02-28

Keutamaan Di Bulan Ramadhan Dan Cara Menyiapkannya

Ditulis oleh Muhammad Khalid Al-Walid pada 2025-02-28

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita begitu banyak rahmat dan kenikmatan-Nya. Sehingga sampai hari ini kita masih bisa merasakan kenikmatan tersebut. Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda nabi Muhammad shalllallahu alaihi wasallam, nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti saat ini yang kita rasakan.

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba, dan kita sebagai seorang muslim pasti harus mengetahui keutamaan bulan Ramadhan dan cara persiapannya agar Ramadhan kita kali ini dapat lebih baik lagi daripada Ramadhan sebelumnnya. Dan jika kita ingin untuk semangat di Ramadhan kali ini maka kita pasti harus tahu dulu apa-apa saja keutamaan yang ada di bulan Ramadhan dan cara menghadapinya.

Sebagaimana para ulama kita terdahulu yang teramat semangat dalam menjalankan ibadah di bulan yang penuh berkah ini yang bahkan sudah mempersiapkan dirinya enam bulan sebelum Ramadhan tiba. Seperti Imam syafi’ii, Imam Malik, Thalhah bin Ubaidillah, Dll.

Jadi, Yuk! Kita bahas apa-apa saja keutamaan bulan Ramadhan dan persiapan untuk menyambutnya!

1. Apapun Akan Dijadikannya Mulia

Seluruh makhluk Allah Subhanahu Wata’ala yang memiliki relasi dengan Al-Qur’an maka akan diangkat derajatnya seperti kota ditengah padang pasir yang gersang.

Makkah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah hanya karena turunnya Al-Qur’an disana, maka jadilah ia mulia. Begitupula dengan turunnya Al-Qur’an untuk pertama kalinya di bulan Ramadhan, menjadikan bulan Ramadhan mulia diantara bula-bulan lain. Tidak luput kepada penghafal Al-Qur’an, Allah Azza Wajalla angkat derajat mereka setinggi-tingginya.

Maka Allah Subhanahu Wata’ala jadikan para penghafal Al-Qur’an sebagai ahlul Qur’an dan itu adalah sebaik-baik kasta. Maka marilah kita bersama-sama meraih gelar itu, dan bulan Ramadhan adalah jalan pintas terbaik untuk mencapainya.

Tunda sejenak rasa malas itu, paksakan hatimu jika mulai dilanda oleh kejenuhan, ini adalah bulan yang penuh dengan kelipat gandanya amal, maka jangan sia-siakan kesempatan berharga nan mulia ini.

2. Pintu Ampunan Terbuka Selebar-lebarnya

Di bulan Ramadhan juga, Allah Subhanahu Wata’ala akan membuka ampunannya kepada seluruh hambanya. Sebesar apapun dosa yang telah dilakukannya, maka perbanyaklah memohon ampunan. Karena Allah Subhanahu Wata’ala adalah Maha Pengampun. Ada sebuah pepatah Arab yang mengatakan:

“Jikalah dosa-dosamu seluas bentangan samudera

Maka, ampunan tuhanmu lebih luas dari cakrawala”

Satu tanda tidak diampuninya dosa adalah kembali melakukannya lagi pasca bulan Ramadhan. Padahal seharusnya di bulan yang mulia itu, kita banyak-banyak muhasabah diri. Yang kemudian menjadi ajang dalam memperbaiki diri-diri kita di hari berikutnya. Namun ketika Ramadhan telah usai berlabuh, diri kita kembali bermaksiat seolah tak terjadi apa-apa.

Inilah yang patutnya dihindari bagi seorang muslim, dan cara menghindarinya adalah dengan memperbanyak memohon ampunan dan juga jangan lupa untuk banyak-banyak muhasabah diri.

3. Alteratif Dalam Mencari Keridhaan

Dahulu, para ulama kita selalu merasa kurang jikalah ia hanya mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sehari. Maka mereka meluangkan waktunya untuk memperbanyak menghafalkan Al-Qur’a, diantara mereka ada yang sampai mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali dalam sehari. Sedangkan kita hanya sekali seharipun tak mampu.

Kenapa hal ini dapat terjadi? Karena waktu-waktu mereka diiringi dengan keberkahan. Perbanyaklah memohon keberkahan dalam segala hal, bukan hanya dalam sahur dan berbuka. Tapi juga waktu yang kita akan luangkan untuk menunai pahala di sisi Allah Subhanahu Wata’ala

4. Allah Akan Membukakan Pintu-Pintu Surganya

Allah membuka pintu-pintu surganya kepada orang-orang yang bertakwa, dan amalannya akan dilipatgandakan, dan diantara pintu-pintu tersebut ada pintu yang bernama pintu Ar-Rayyan yakni pintu untuk orang-orang yang rajin berpuasa.

Puasa bukan hanya tentang melawan haus dan lapar, akan tetapi juga menahan hawa nafsu yang timbul di dalam diri kita, termasuk dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka pandai-pandailah dalam menjaga diri di bulan yang mulia ini, dan ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah membersamai orang-orang yang bersabar.

5. Doa-Doa Menjadi Mustajab

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menjelaskan, bahwa ada 3 golongan yang do’anya mustajab;

1. Do’a pemimpin yang adil

2. Do’a orang yang dizhalimi

3. Do’a orang yang berpuasa

Lantas apa yang menyebakan kamu malas berdo’a? Perbanyaklah berdo’a kepada Allah Subhanahu Wata’ala akan keberkahan, pengampunan, dan kenikmatan dari-Nya. Niscaya Allah akan memperkenankan do’a itu. Dan jangan lupakan adab-adab dalam berdo’a yakni:

1. Memuji-muji Allah Subhanahu Wata’ala

2. Bershalawat kepada Nabiyullah

3. Bersungguh-sungguh

Ikut sertakan juga nama kedua orangtua kita agar diampuni dosa-nya, di-panjangkan umurnya, dan dilapang-kan rezekinya.

6. Ringan Tangan Dalam Bersedekah

Sedekah tidak kalah penting dalam beramal, karena perintah untuk berpuasa disandingkan dengan perintah untuk sedekah. Betapa banyak orang yang mati, meminta kapada Allah Subhanahu Wata’ala agar dihidupkan kembali agar mereka bersedekah. Lagi pula jikalau bukan di bulan Ramadhan, dimana lagi kita akan rajin bersedekah?

7. Menampung Malam Yang Lebih Baik Dari 1000 Bulan

Seperti yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya kami telah menurunkan al-qur’an pada malam lailatul qadar” (Q.S. Al-Qadr;1)

Sudah jelas Allah Subhanahu Wata’ala befirman bahwa Al-Qur’an diturunkan yang pertama kalinya pada malam lailatul qadr di surah yang sama Allah Subhanahu Wata’ala telah jelaskan:

“Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan” (Q.S. Al-Qadr: 3)

Dan seribu bulan itu setara dengan 83,4 tahun. Kalau misalkan kita shalat, maka pahala shalat itu setara dengan ia melakukan shalat itu selama 83,4 tahun.

Maka Maha Murah-lah Allah kepada hamba-hamba-Nya. Perbanyaklah ibadah di bulan Ramadhan ini. Karena kita tidak tahu, yang mana malam kemuliaan diantara sepuluh malam terakhir Ramadhan itu.

Penutup

Semoga apa yang kami sampaikan pada artikel kali ini dapat membangkitkan semangat kita dalam beribadah maupun muamalah. Dan semoga Allah selalu meluruskan niat kita dalam melaksanakan suatu ibadah, agar pahala dan ampunan Allah dapat kita raih ketika kita keluar dari bulan suci ramadhan.

Aamiin yaa rabbal 'aalamiin

Potret Semangat Para Salaf Dalam Menyambut Ramadhan
2025-02-27

Potret Semangat Para Salaf Dalam Menyambut Ramadhan

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-02-27

بِسمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ

Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji hanya milik Allah subhanahu wataala yang telah memberikan hambanya sangat banyak kenikmatan, mulai dari nikmat kesehatan hingga nikmat kesempatan, mulai dari nikmat iman hingga nikmat islam. Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabiyullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang telah mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Keutamaan Ramadhan

Sebagaimana kita ketahui, dalam waktu dekat ini kita akan kedatangan tamu yang sangat istimewa. Terkhusus bagi kaum muslimin, mereka menyambutnya dengan kegembiraan dan meninggalkannya dengan kesedihan. Ya, tidak lain tamu istimewa yang dimaksud tersebut adalah bulan suci ramadhan. Bulan suci ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi kaum muslimin.

Bulan suci ramadhan memiliki banyak keutamaan, diantaranya yaitu:

1. Pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup serta para setan dibelenggu.

2. Terdapat malam Lailatul Qadr yang lebih baik daripada 1000 bulan.

3. Bulan diturunkannya Al-Quran.

4. Dan masih banyak lagi.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita mempersiapkan diri kita untuk memasuki bulan ramadhan agar kita dapat merasakan nikmatnya beribadah pada bulan ramadhan.

Dan di antara cara untuk merasakan nikmatnya beribadah pada bulan ramadhan adalah dengan mencontohi bagaimana semangat para ulama terdahulu ketika memasuki bulan ramadhan. Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan membahas seperti apa, sih, semangat para ulama terdahulu.

Semangat Para Salaf Menyambut Ramadhan

Berikut ini adalah potret-potret semangat para ulama terdahulu dalam memasuki bulan ramadhan:

1. Imam malik: nama asli beliau adalah Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr al-Asbahi. Ketika beliau memasuki bulan ramadhan, beliau menutup majelis ilmunya hanya untuk membaca Al-Quran dengan mushaf.

2. Imam sufyan Ats-tsauri (Imam abdul razaq): Ketika memasuki bulan ramadhan, beliau meninggalkan semua amalan sunnah untuk fokus menghafal Al-Quran.

3. Imam al-Aswad bin yazid al-Nakha’i al-Kufi: Ketika memasuki bulan ramadhan, beliau mampu mengkhatamkan Al-Quran dua kali dalam semalam. Beliau tidak tidur kecuali di waktu antara maghrib dan isya, dan juga beliau shalat 600 rakaat sehari semalam pada bulan tersebut.

4. Qatadah bin Di’amah As-sadusi (muridnya Anas bin Malik): Beliau adalah seseorang yang tunanetra namun beliau adalah pakar hadits. Pada saat di luar bulan ramadhan beliau selalu khatam 1 kali sepekan, tapi saat memasuki bulan ramadhan beliau khatam 3 kali dalam sehari.

5. Imam Bukhari (Muhammad bin Ismail): Saat bulan ramadhan beliau khatam di siang hari 1 kali dan pada malamnya beliau melaksanakan qiyamul lail dengan membaca Al-Quran sehingga khatam 3 hari sekali.

6. Rabi bin Sulaiman (murid dari Imam Syafi’i): beliau menuturkan bahwasanya gurunya mengkhatam Al-Quran 60 kali dalam sebulan pada bulan ramadhan.

7. Imam Abu Hanifah (seorang Tabi’in): Beliau juga mengkhatamkan Al-Quran 60 kali dalam sebulan. Beliau juga seorang ahli ibadah. Beliau shalat subuh dengan wudhu shalat isyanyaselama 40 tahun. Dan beliau juga salah satu orang yang mampu mengkhatamkan Al-Quran dalam 2 rakaat shalat. 3 orang lainnya adalah Utsman bin Affan, Tamim Ad-Dari, dan Said bin Jubair.

8. Mansur bin Zadzan: Pada hari biasa beliau khatam sehari sekali, masuk bulan ramadhan beliau khatam antara shalat maghrib dan isya. Dengan catatan, shalat isyanya diakhirkan sampai seperempat malam.

9. Abul Abbas, Atha: Pada hari biasa beliau khatam sehari sekali, di bulan ramadhan beliau khatam 3 kali sehari.

10. Imam Mujahid (murid Ibnu Abbas): Beliau adalah seorang ahli tafsir Al-Quran mampu mengkhatamkan Al-Quran di antara maghrib dan isya.

11. Imam Al-Qozwini (ulama madzhab syafi’i): beliau menafsirkan Al-Quran setelah shalat tarawih hingga shalat shubuh. Setelah itu mengajar di Madrasah Nizhamiyah.

12. Imam Ali Khitab bin Muqallad: Beliau wafat tahun 629 H. Hidup di masa khalifah Al-Muntashir di baghdad. Khatam 90 kali di bulan suci ramadhan.

13. Imam Khatib Asy-Syarbini: Penulis kitab Mughni Al-muhtaj, bergegas i’tikaf di masjid Al-Azhar dengan membawa perbekalan yang cukup dari awal ramadhan hingga selesai shalat ied.

14. Imam waqi’ bin jarrah: Beliau khatam 1 kali ditambah 10 juz shalat dhuha 12 rakaat

15. Imam Ibnu Asakir, Abu Qasim: Beliau adalah penulis buku Tarikh Ad-Dimasyq. Saat memasuki bulan ramadhan beliau rutin shalat jamaah dan rajin tilawah Al-Quran, beliau khatam sehari sekali, dan i’tikaf di masjid al-manarah Asy-Syar’iyah.

16. Zabid bin Harits: Pada saat memasuki bulan ramadhan beliau mengumpulkan Al-Qurannya kemudian memanggil teman-temannya untuk mengaji bersama.

​Dengan melihat contoh semangat para salaf terdahulu dalam memasuki bulan ramadhan, kita juga jadi bisa membangkitkan semangat jiwa kita untuk meniru semangat para salaf terdahulu. Dan kita juga bisa menjadi lebih khusyuk dalam beribadah pada bulan ramadhan.

Penutup

Semoga apa yang kami sampaikan pada artikel kali ini dapat membangkitkan semangat kita dalam beribadah maupun muamalah. Dan semoga Allah selalu meluruskan niat kita dalam melaksanakan suatu ibadah, agar pahala dan ampunan Allah dapat kita raih ketika kita keluar dari bulan suci ramadhan.

Aamiin yaa rabbal alamiin

Mungkin Kita Salah Sangka
2025-02-25

Mungkin Kita Salah Sangka

Ditulis oleh Muhammad Fadhil Azzakwan pada 2025-02-25

MUNGKIN KITA SALAH SANGKA

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 103-104 yang berbunyi:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًاۗ

“Katakanlah (Muhammad): Maukah kalian kuberitahu tentang orang-orang yang paling merugi amalannya?”

اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

“(yaitu) orang-orang yang tersesat amal mereka di dunia. Namun, mereka sangka mereka melakukan perbuatan yang baik.”

Begitulah kita manusia, terlalu sering salah sangka. Mengira diri hamba yang baik, ternyata durjana membara dalam diri. Mengira diri berdiri di jalan keshalihan, ternyata mendurhaka saja sehari-hari. Mengira diri bagian dari golongan yang selamat, ternyata tanpa sadar hidup sebagai golongan terlaknat!

Mengira diri sebagai ahli jannah, ternyata sedang terjugkal-jungkal dalam jilatan neraka yang menyala. Mengira diri sedang membela sunnah, ternyata diri inilah yang menyebabkan umat ini benci sunnah.

Kita terlalu sering berprasangka baik dalam episode-episode maksiat yang tak henti-hentinya kita lakukan. Mulut dipenuhi dengan ghibah dan namimah, mata senantiasa menatap yang haram, telinga menyimak maksiat, dan hati yang dipenuhi dengan dengki dan benci.

Lalu dengan semua itu, apakah antum antunna layak jadi ahli surga? Kenapa anda begitu ringan meminta kepada Allah Azza Wajalla jannatul firdaus?

Oleh karena itu para pembaca sekalian, jadikan diri ini yang tak putus-putusnya melantunkan istigfar dan taubat, muhasabah diri setiap saat dan tak henti-hentinya kita memohon kepada rabbul alamin:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.”

Aamiin yaa Rabbal Aalamiin...

Berbekal Sebelum Ramadhan
2025-02-21

Berbekal Sebelum Ramadhan

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-02-21

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita begitu banyak rahmat dan kenikmatannya. Sehingga sampai hari ini kita masih bisa merasakan kenikmatan itu tersebut. Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda nabi Muhammad shalllallahu alaihi wasallam, nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti saat ini yang kita rasakan.

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang begitu mulia, karena di dalamnya terdapat begitu banyak keutamaan tertentu seperti: Bulan yang penuh berkah, bulan yang diwajibkan berpuasa, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, malam lailatul qadar, menghapus dosa kita yang telah lalu maupun yang sekarang, dan salah satu waktu yang terijabahnya doa.

Akan tetapi harus ada beberapa persiapan sebelum memasuki bulan suci tersebut, kerena para sahabat dan ulama-ulama terdahulu banyak mempersiapkan bekal-bekal tertentu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Mari kita bahas apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan? untuk mengetahuinya mari kita Simak materi berikut ini:

1. Mengetahui Pentingnya Ramadhan

Ada banyak hadist nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan penting bulan suci Ramadhan dalam islam. Seperti dalam ayat dibawah ini:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)

2. Membayar Hutang Puasa

Sebelum memasuki bulan ramadhan, penting untuk kita menyelesaikan hutang puasa kita yang mungkin kita miliki pada tahun-tahun sebelumnya, dengan membayar hutang puasa, kita dapat memasuki bulan Ramadhan dengan hati yang bersih dan fokus dalam ibadah. Dan apabila seseorang tidak bisa melunasi hutang tersebut, maka Allah subhanahu wata’ala membolehkan melunasinya dengan membayar fidyah. Allah ta’ala berfirman:

فَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ مَّرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَ‌ؕ وَعَلَى الَّذِيۡنَ يُطِيۡقُوۡنَهٗ فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِيۡنٍؕ فَمَنۡ تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَهُوَ خَيۡرٌ لَّهٗ ؕ وَاَنۡ تَصُوۡمُوۡا خَيۡرٌ لَّـکُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

Artinya: “Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mngetahui.” (Q.S. al-Baqarah: 184)

3. Tingkatkan Kualitas Ibadah

Meningkatkan kualitas ibadah sangat penting sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. dengan meningkatkan kualitas ibadah kita, kita akan merasa lebih siap untuk memasuki bulan suci tersebut. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Artinya: Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (Q.S. al-Baqarah: 43)

4. Perbanyak Taubat

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah hamba yang paling banyak melakukan taubat, meskipun beliau adalah orang yang terjaga dari dosa. Terlebih lagi di bulan Ramadhan beliau sangat antusias bertobat. Karena di bulan Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk bertaubat dan meminta ampunan atas semua dosa-dosa kita yang telah kita perbuat. Allah Azza Wajalla berfirman:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya:Dan bertaubatlah kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.(Q.S. an-Nur: 31)

5. Saling Memaafkan Satu Sama Lain

Saling memaafkan juga merupakan langkah penting dalam menyambut bulan Ramadhan. Dengan saling memaafkan, kita dapat menciptakan suasana yang penuh kedamaian dan kasih sayang di antara satu sama lain.

يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِلَا

Artinnya: Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.” (HR. Ahmad)

6. Menjaga Kesehatan Dan Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat sangatlah penting agar kita dapat menjalani ibadah puasa dengan lancar. Dengan menjaga kesehatan, kita akan lebih siap untuk beribadah secara optimal selama bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam telah menghasung umatnya untuk menjaga kesehatan tubuh, sebagaimana yang beliau sabdakan,

فِي الْجَسَدِ السَّلِيمِ نَفْسٌ قَوِيَّةٌ

Artinya: “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” (HR. Bukhari)

7. Menyusun Target Dan Steretegi

Terakhir, merencanakan target dan strategi untuk mendapatkan pahala di bulan Ramadhan juga sangat penting. Dengan mengatur tujuan dan langkah-langkah yang jelas, diharapkan kita dapat lebih fokus dalam meraih keutamaan dan pahala di bulan yang penuh berkah ini. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

Artinya:Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah dengan sebaik-baiknya. (HR. al-Baihaqi)

8. Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan

Jika kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan, mengharapkan amal diterima, dan dosa-dosa dihapuskan, maka kita harus mempersiapkan bekal dengan sebaik-baiknya.

Penutup:

Dapat kita simpulkan bahwa, ada banyak hal-hal yang penting yang kita harus lakukan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Banyak yang harus kita lakukan untuk mengingat apa saja yang kita harus lakukan untuk memasuki bulan suci tersebut, seperti:

1. Persiapan Spiritual: Meningkatkan iman dan takwa dengan memperbanyak ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, dan bertaubat. Memperbaiki niat untuk menjalankan ibadah puasa dengan tulus.

2. Persiapan Fisik: Menjaga kesehatan tubuh agar siap menjalani puasa dengan baik, termasuk menjaga pola makan, tidur yang cukup, dan berolahraga ringan.

3. Persiapan Mental: Menyusun mental yang sabar dan ikhlas dalam menjalani puasa, serta menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengurangi pahala puasa.

4. Persiapan Materi: Memastikan persediaan makanan untuk sahur dan buka puasa serta menyiapkan zakat dan sedekah untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.

5. Persiapan Keluarga: Mengajak keluarga untuk beribadah bersama, merencanakan aktivitas Ramadhan, dan saling mendukung dalam menjalani ibadah puasa.

Dengan demikian kita akan melaksakan ibadah dengan sebaik mungkin, semoga kita dapat menyelesaikan ibadah kita dengan semaksimal mungkin di bulan suci Ramadhan nanti.

Aamiin yaa rabbal alamiin.

Maraknya Bullying
2025-02-13

Maraknya Bullying

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-02-13

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita. Agar kita selalu semangat dalam menjalani kehidupan yang baik, dan bermanfaat, baik itu bagi kita maupun orang di sekitar kita.

Seperti yang kita ketahui, perundungan atau lebih dikenal dengan sebutan bullying tidak pernah lepas dari lingkungan sekitar kita. Baik itu dalam lingkungan sekolah, kampus, ataupun di sekitar rumah kita.

Perundungan ataupun bullying sudah sering terjadi dari dulu hingga sekarang selalu saja terjadi di kehidupan sehar-hari. Entah itu karena pergaulan ataupun karena momentum terkait suatu kasus tertentu. Semakin majunya peradaban semakin banyak pula yang menyerukan agar perilaku bulliying adalah perilaku yang harus cepat dihentikan. Salah satu contoh bullying sendiri yaitu menjauhi atau mengucilkan teman bahkan memukul sampai menendang yang demikian itu dapat melukai kesehatan fisik dan mentalnya.

Perlu kita ketahui, bahwa korban bullying mendapat perlindungan dari peraturan undang-undang, para pelaku bisa terancam pidana jika nekat melakukan bullying tersebut. Oleh karena itu, simaklah penjelasan tentang bullying, penyebab dan cara mengatasinya yang ada di bawah ini.

Pengertian bullying

Bullying adalah suatu perilaku yang tidak terpuji bahkan bisa merugikan korbannya, dan dapat memengaruhi kesehatan mental, fisiknya. Menurut KBBI bullying berarti mengganggu menjahili terus- terusan; membuat susah; menyakiti orang lain baik fisik ataupun psikisnya berbentuk kekerasan verbal, sosial, dan fisik terus menerus, dan dari waktu ke waktu, seperti pemanggilan nama individu dengan julukan, dll.

Bullying di zaman sekarang bisa diartikan dengan penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh individu-individu tertentu terhadap korbannya, dengan tujuan untuk menyakiti atau untuk melampiaskan kemarahan terhadap si korban.

Adapun jenisnya sebagai berikut:

1. Verbal bullying atau perundungan verbal

Jenis bullying satu ini sering kali tanpa sadar kita lakukan, banyak pelaku bullying ini berdalih bahwa mereka hanya melontarkan lelucon atau hanya bercanda saja. Dan melabeli si korban baperan jika si korban merasa tersinggung dengan kalimat atau perkataan yang kurang menyenangkan yang mereka ucapkan. Contoh bullying verbal antara lain:

1. Julukan nama

2. Celaan

3. Fitnah

4. Sarkasme

5. Merendahkan, dll

Adapun tindakan lain yang terkategori bullying adalah memaki, mengintimidasi, menyebarkan gosip, teror, dan lain lain.

2. Physical bullying atau perundungan fisik

Dibandingkan dengan jenis bullying sebelumnya, bullying fisik lebih berbahaya. Bullying fisik dapat meniggalkan bekas yang mudah terlihat. Oleh karena itu, penanganannya dapat dilakukan lebih cepat, dan pelaku maupun korban dapat diidentifikasi dengan segera.

Ciri-ciri bullying fisik antara lain:

1. Memukul

2. Menendang

3. Mencubit

4. Mengigit

5. Mencakar, dll

3. Social bullying atau perundungan sosial

Jenis bullying ini banyak sekali tersebar di lingkungan akademik. Hal ini dapat terjadi karena korban mungkin pernah melakukan hal yang tidak disukai oleh teman-temanya. Memiliki kelebihan yang menonjol sehingga membuat pelaku merasa iri dengki atau memang susah untuk berinteraksi oleh orang lain.

Oleh karena itu seorang guru tidak boleh membiarkan bullying ini sampai berlarut-larut, karena dapat berdampak pada kehidupan si korban pada saat dewasa nanti.

4. Cyber bullying atau perundungan di sosial media

Meskipun jenis bullying ini tergolong baru, namun cyber bullying seringkali terjadi di sekitar kita. Munculnya para haters atau orang-orang yang suka memberi ujaran buruk terhadap si korban karena rasa tidak suka atau iri di media sosial merupakan salah satu dari jenis perundungan dunia maya. Ciri-ciri lain dari cyber bullying misalnya status atau unggahan gambar yang bernada negatif yang ditujukan kepada orang tertentu atau obrolan via chat yang mengintimidasi korban.

Oleh karenanya, jika para orang tua melihat kondisi mental anaknya kurang baik. Maka hendaknya lihatlah apa yang terjadi pada anaknya di dunia maya. Bisa jadi anak tersebut menjadi korban cyber bullying.

Ingatlah kawan-kawan! Bahwa Allah subhanahu wata’ala telah merancang dunia ini begitu detail. Setiap kali Allah ta’ala menciptakan suatu masalah, pasti Allah ta’ala menciptakan pula cara untuk mencegahnya. Kalimat ini Berbanding lurus dengan sabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

Oleh karena itu, di dalam kasus bullying juga sudah pasti ada cara untuk mencegahnya. Berikut cara mencegah atau meminimalisir terjadinya kasus bullying di sekitar kita.

Cara mecegah terjadinya bullying sebagai berikut:

1. Orang tua harus mengajarkan anak rasa empati terhadap sesama.

Lingkungan di sekitar rumah adalah tempat di mana anak-anak pertama kali berinteraksi, dan mempelajari nilai-nilai kehidupan. Orang tua memiliki peran utama untuk membentuk sikap anak terhadap sesamanya. Dengan menunjukkan rasa empati, dan rasa saling menghargai terhadap orang lain, agar anak-anak terbiasa terhadap lingkungan yang berbau positif.

2. Kita harus menanamkan pola pikir yang baik

Seseorang pasti memiliki pola pikir masing-masing, tapi kita pasti selalu bisa untuk menanamkan pola pikir yang baik didalam pikiran kita. Kita harus selalu husnuzhan terhadap apapun yang terjadi agar pola pikir kita tidak dirusak oleh syaitan laknatullah alaihi, yang demikian dapat menghasut kita agar menjadi pelaku bullying.

3. Tumbuhkan rasa percaya diri

Ingatlah kawan-kawan, bahwa pelaku bullying akan bertambah semangat kalau saja ia mengetahui korbannya memilki sifat minder dan semakin terpuruk. Nah, untuk mencegah sekaligus memberi efek jera terhadap si pelaku ialah dengan menumbuhkan rasa percaya diri kita agar kita tidak terlihat minder atau takut terhadap si pelaku. Percayalah kawan-kawan, para pelaku bullying pasti akan malas menindas orang yang berani dan percaya diri.

Penutup

Semoga penjelasan di atas dapat menambah wawasan kita tentang bahayanya perilaku bullying dan apa saja yang harus dilakukan untuk mencegahnya, dan semoga Allah subhaana wata’ala senantiasa menjaga keluarga ataupun orang terdekat kita dari para pelaku bullying yang banyak tersebar di lingkungan sekitar kita.

amin yaa rabbal ‘aalamiin

Bejana: Wadah Untuk Bersuci
2025-02-13

Bejana: Wadah Untuk Bersuci

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-02-13

Alhamdulillah, puji beserta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan beribu-ribu nikmat.

Tidak lupa solawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, beserta sahabat. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan mendapat petunjuk hingga hari kiamat nanti. Sebagaimana yang telah berlalu, sempat kita membahas terkait artikel definisi dan makna bersuci. Maka pada kesempatan ini, kami akan memaparkan artikel lanjutannya yang masih berkaitan dengan tema bejana.

Bab 2 : bejana

Sebelum kita memasuki inti dari pembahasan kita, pertama-tama kita harus mengetahui apa itu bejana dan bagaimana ciri-ciri dari bejana tersebut. Bejana adalah adalah sebuah wadah untuk menyimpan/menampung air dan lainnya, baik itu terbuat dari besi, plastik, kaca atau selainnya. Hukum asalnya boleh menggunakan bejana, berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala:

هُوَ الَّذِیْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِی الْاَرْضِ جَمِیْعًاۗ

"Dia-lah yang menciptakan untuk kalian segala yang ada di bumi." (QS. Al-Baqarah: 29)

Pada bab ini terbagi menjadi 4 bagian,yaitu:

Bagian pertama: Apakah boleh menggunakan bejana emas dan perak dan selainnya dalam bersuci?

Sebenarnya, menggunakan bejana untuk makan, minum, dan lain-lain hukumnya boleh, jika bejana yang digunakan itu suci, meskipun harga bejana tersebut mahal karena hukum asalnya adalah mubah (boleh), terkecuali bejana yang terbuat dari emas dan perak karena hukum menggunakan keduanya dalam makan dan minum adalah haram. Adapun selain makan dan minum boleh saja menggunakannya, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

لاَ تَشْرَبُوْا فِيْ آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلاَ تَأْكُلُوْا فِي صِحَافِهَا فَإِنَّهَا لَهُمْ فِيْ الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِيْ الْآخِرَةِ

"Janganlah kalian minum dari bejana/wadah terbuat dari emas dan perak, dan janganlah kalian makan dalam wadah (yang terbuat dari emas dan perak), karena sesungguhnya ia untuk mereka (orang kafir) di dunia, dan untuk kalian (orang mukmin) di akhirat." (HR. Bukhari Muslim)

Dan juga sabda beliau yang lain:

اَلَّذِيْ يَشْرَبُ فِيْ آنِيَةِ الْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِيْ بَطْنِهِ نَار جَهَنَّم

"Yang minum di bejana perak sesungguhnya dia menggelagakkan api jahanam di dalam perutnya." (HR. Bukhari Muslim)

Maka kita dapat mengetahui bahwa ini adalah nash (dalil) yang mengharamkan pengunaan bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk dipakai makan dan minum.

Adapun untuk digunakan untuk selain hukumnya boleh, dan juga boleh digunakan untuk ber-thaharah/bersuci.

Larangan tersebut secara umum mencakup seluruh bejana yang terbuat dari:

1. Emas murni

2. Emas yang dipoles

3. Atau bejana yang terbuat dari emas walaupun sedikit

Bagian kedua: Hukum menggunakan bejana yang ditambal emas atau perak

Bila tambalan bejana tersebut terbuat dari emas maka hukumnya haram untuk menggunakannya, karena ia menyangkut pada keumuman dalil tadi. Adapun kalau bejana tersebut tertambal oleh perak yang sedikit, maka boleh menggunakannya berdasarkan sebuah hadits dari sahabat yang mulia yakni anas radhiyallahu anhu, dia berkata:

«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ أَنْ يُشْرَبَ فِي آنِيَةٍ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ، وَقَالَ: "لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةٍ مِنْهُ وَلا تَأْكُلُوا فِيهِ" وَمَعَ ذَٰلِكَ لَمْ يَكُنْ يَنْهَى عَنْ أَنْ يُسْتَعْمَلَ فِي آيَانٍ فِيهِ قَلِيلٌ مِنْ فِضَّةٍ، مَا لَمْ يَكُنْ كُلُّ الإِنَاءِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ.»

(رَوَاهُ الْبُخَارِيُ وَمُسْلِمٌ)

Artinya:

Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Rasulullah melarang menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan beliau mengatakan: ‘Janganlah kalian minum dari bejana itu, dan janganlah kalian makan dengan bejana itu.’ Akan tetapi, beliau tidak melarang menggunakan bejana yang memiliki sedikit perak (tambalan), selama itu bukan seluruh bejananya terbuat dari emas atau perak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagian ketiga: Hukum menggunakan bejana orang kafir

Hukum asal menggunakan bejana orang-orang kafir adalah halal, kecuali kita mengetahui najisnya. Jika dalam keadaan tersebut maka tidak boleh digunakan, kecuali kita sudah mencucinya. Sebagaimana hadits Abu Tsa’labah al-Khusyani radhiyallahu anhu:

عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: – قُلْتُ: يَا رَسُولَ الْلَّهِ، إِنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، أَفَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ؟ قَالَ: “لَا تَأْكُلُوا فِيهَا، إِلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا غَيْرَهَا، فَاغْسِلُوهَا، وَكُلُوا فِيهَا” – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Tsa’labah Al-Khusyaniyy radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya bertanya, wahai Rasulullah, kami tinggal di daerah Ahlul Kitab, bolehkah kami makan dengan wadah (bejana) mereka?” Beliau menjawab, “Janganlah engkau makan dengan wadah mereka kecuali jika engkau tidak mendapatkan yang lain. Oleh karena itu, bersihkanlah dahulu dan makanlah dengan bejana tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5478, 5488, 4596; dan Muslim, no. 1930]

Jika najis tidak diketahui, yaitu jika pemilik bejana tersebut tidak diketahui selalu berkontak langsung dengan najis, maka boleh menggunakannya tanpa mencucinya terlebih dahulu. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya pernah mengambil air wudhu dari bejana seorang wanita musyrik,

وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أنَّ النَّبِيَّ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ تَوَضَّئُوْا مِنْ مَزَادَةِ إِمْرَأَةٍ مُشْرِكَةٍ. تفق عليه. في حديث طويل

Dari Imran bin Husain Radhiyallahu ‘anhu,” Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu’ bersama dengan para sahabatnya dari tempat air kepunyaan seorang wanita musyrik.” (Muttafaq ‘alaihi, potongan dari hadits yang panjang).

Bagian keempat: Thaharah dengan bejana yang terbuat dari kulit bangkai

Jika kulit bangkai yang ingin digunakan sudah disamak maka hukumnya boleh, sebagaimana sabda Rasulullah alaihisshalatu wassalam:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: "إِذَا دُبِغَ الإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ"

Artinya: "Jika kulit telah disamak, maka ia menjadi suci."(H.R Tirmidzi no 1650)

Akan tetapi, hal ini berlaku jika bangkai tersebut berasal dari hewan yang disembelih dengan cara halal. Bila tidak demikian, maka tidak halal dengan cara disamak saja. Adapun bulunya, maka ia suci

yang dimaksud adalah bulu bangkai hewan yang halal dimakan sebelum menjadi bangkai. Adapun

dagingnya, maka ia najis dan haram dimakan. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,

قُل لَّاۤ اَجِدُ فِىۡ مَاۤ اُوۡحِىَ اِلَىَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطۡعَمُه اِلَّاۤ اَنۡ يَّكُوۡنَ مَيۡتَةً اَوۡ دَمًا مَّسۡفُوۡحًا اَوۡ لَحۡمَ خِنۡزِيۡرٍ فَاِنَّه رِجۡسٌ اَوۡ فِسۡقًا اُهِلَّ لِغَيۡرِ اللّٰهِ بِه فَمَنِ اضۡطُرَّ غَيۡرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ‏

Katakanlah, "Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barang siapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al an’am: 145)

Tujuan penyamakan dilakukan adalah untuk membersihkan penyakit-penyakit dan kotoran yang terdapat pada kulit hewan tersebut. Cara adalah dengan menggunakan bahna yang dicampur dengan air seperti garam dan sejenisnya atau dedaunan seperti daun akasia, daun al ar’ar (mirip dengan pinus), dan semisalnya.

Adapun hewan sembelihan yang tidak membuatnya halal, maka ia tidak suci. Berdasarkan kalimat ini, maka kulit kucing dan hewan-hewan yang lebih kecil darinya tidak suci untuk disamak, walaupun ia suci pada saat masih hidup.

Adapun kulit hewan yang haram dimakan, sekalipun ia suci saat masih hidup, maka ia tidak suci saat disamak.

Secara ringkas, hewan apapun yang mati sedangkan dagingnya termasuk hewan yang halal dimakan, maka kulitnya dapat disucikan dengan disamak, begitupun sebaliknya.

Dari bab kali ini kita dapat mengambil banyak pelajaran, walaupun berkaitan dengan sesuatu yang disepelehkan, tapi ilmu ini sangat bermanfaat untuk kita semua. Terkhusus bagi kaum muslimin yang tersebar di penjuru dunia ini. Dan jangan lupa untuk mengamalkan ilmu yang kita dapatkan karena ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disertakan dengan amalan. Ingatlah perkataan imam syafi’i:

“Tujuan dari sebuah ilmu itu adalah untuk mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah ilmu yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukan ilmu yang hanya bertengger di kepala.”

Semoga allah selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran yang dapat menambah kualitas amal ibadah dan wawasan keislaman kita, dan semoga ilmu yang kami sampaikan pada artikel kali ini dapat berguna bagi kita dan seluruh umat manusia.

والله أعلم بالصواب

Sumber: Fikih Muyassar

Khutbah Jum’at: Kemuliaan Ucapan Basmalah
2025-02-07

Khutbah Jum’at: Kemuliaan Ucapan Basmalah

Ditulis oleh Rahmat Sadli, S.P pada 2025-02-07

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

للّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Jama’at Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Ketika kita memperhatikan aktivitas-aktivitas setiap harinya, maka ada bacaan yang senantiasa diulang-ulang. Bacaan ini disebutkan di permulaan Al-Qur'an, disebutkan di setiap awal surah kecuali pada surah At-Taubah.

Ketika ada kegiatan, event yang diselenggarakan oleh kaum muslimin selalu mereka buka dengan bacaan tersebut. Bahkan ketika kita melihat buku yang ditulis oleh para ulama selalu diawali dengan ucapan ini. Surat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ditujukan kepada raja-raja lainnya diawali dengan ucapan tersebut. Begitupun Surat dari Nabi sulaiman ‘alaihissalam sebagiamana yang disebutkan dalam QS. An-Naml ayat 30,

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Itulah ucapan Bismillahirrahmanirrahim.

Apa rahasa dibalik bacaan ini? Apa yang spesial dari bacaan ini?

Jama’at Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ

“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya)

Syekh Shalih Al-Fauzan mengatakan "Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah Ta’ala."

Jama’at Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Ucapan “Bismillahirrahmanirrahim” atau “Bismillah” memiliki keutamaan yang besar

Yang jadi pertanyaannya, pada kondisi apa saja kita mengucapkan ini?

Pertama: Ketika Berwudhu

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ

“Tidak ada salat bagi yang tidak memiliki wudhu. Dan tidak ada wudhu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Ulama menjelaskan penafian (peniadaan) yang disebutkan dalam hadits adalah peniadaan kesempurnaan dan bukan keabsahan wudhunya. Jadi, maksudnya adalah wudhunya tidak sempurna, bukan berarti tidak sah.

Kedua: Makan

Berdasarkan hadits yang sangat masyhur tentang nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang anak,

يا غُلَامُ، سَمِّ اللَّهَ، وكُلْ بيَمِينِكَ، وكُلْ ممَّا يَلِيكَ فَما زَالَتْ تِلكَ طِعْمَتي بَعْدُ

“Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa yang di hadapanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya..."

Adapun jika lupa mengucapkannya di awal makan ucapkannlah “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu.”

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)

Ketiga: Saat Menaiki Kendaraan

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Hud ayat 41,

وَقَالَ ٱرْكَبُوا۟ فِيهَا بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan Nuh berkata, ‘Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Di dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu yang panjang disebutkan,

“Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, ‘Naikilah kendaraan untamu dengan mengucapkan bismillah (dengan menyebut nama Allah).” (HR. Muslim no. 715)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah kedua

لحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Jama’ah shalat jumat yag dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala

Di luar dari tiga point telah disebutkan, banyak kondisi yang menuntut kita untuk mengucapkan “Bismillah” untuk mendapatkan berkah dari Allah Ta’ala. Namun semangat kita dalam menyebut nama Allah dalam setiap aktivitas kita haruslah memperhatikan batasan-batasan yang ada. Tidak menyebut nama Allah pada keadaan atau tempat-tempat yang tidak pantas, kontor bahkan Najis.

Marilah kita semangat mengejar keberkahan dari Allah Azza Wajalla dengan menyebut nama-Nya dalam setiap aktivitas kita dengan tetap meperhatikan batasan-batasan yang ada. Di Jum’at yang mulia ini marilah kita memperbanyak doa kepada Allah subahanahu wata’ala dan shalawat kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Fitnah Terbesar Seorang Santri
2025-02-06

Fitnah Terbesar Seorang Santri

Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-02-06

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْد

Fitnah-fitnah telah banyak tersebar diantara kita, apalagi kita sekarang berada di zaman yang dimana menegakkan syariat saja ibarat memegang batu bara. Berat bukan? Ya, tentu saja. Fitnah diantara para manusia di zaman ini begitu banyak mulai dari fitnah kecil hingga fitnah besar, baik itu orang awam ataupun penuntut ilmu fitnah pasti tersebar di antara mereka.

Sebelum kita membahas tentang apa saja fitnah terbesar, kita harus tau terlebih dahulu apa arti dari fitnah itu sendiri. Secara umum fitnah dapat diartikan sebagai cobaan, ujian, kesyirikan, kekafiran, malapetaka, yang memperdaya, yang menyimpang. Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menyatakan dengan jelas bahwa berbagai fitnah (malapetaka) akan berkobar hebat di akhir zaman. Hingga saking hebatnya, seseorang yang beriman bisa menjadi kafir di sore hari begitupun sebaliknya. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

"إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَصْبِحُ فِي الصَّبَاحِ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، وَيَصْبِحُ كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا"

“Sesungguhnya seseorang itu akan bangun dalam keadaan beriman, tetapi kemudian ia bisa berubah menjadi kafir sebelum sore hari. Dan ada juga yang bangun dalam keadaan kafir, kemudian bisa menjadi beriman sebelum sore hari." (HR. Bukhari dan Muslim).

Lebih dari itu, semua fitnah itu memiliki para penyeru yang mengajak kepadanya, yaitu setan dari kalangan jin dan manusia. Setan yakin dia pasti binasa, kemudian akan menjadi penduduk neraka yang pasti akan masuk dan tidak bisa menghindar. Maka dia berusaha menyesatkan anak Adam agar bisa memasuki neraka bersama-sama.

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

Demi keperkasaan-Mu, aku benar-benar akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-Mu yang terpilih untuk menjadi orang-orang ikhlas.

Allah Ta’ala mengabarkan di kalangan manusia juga ada setan-setan, seperti dalam firman-Nya:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَإِنَّ رَّبَّكَ لَمُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ Artinya: "Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi musuh, yaitu syaitan-syaitan dari kalangan manusia dan jin, yang sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Dan sesungguhnya Tuhanmu Maha Menguasai terhadap orang-orang yang kafir." (Al-An'am: 112)

Setan jenis manusia itulah yang mengajak pada apa yang diserukan oleh setan jenis jin, mengajak pada kekafiran, bid’ah, maksiat, dan segala yang diserukan setan. Tiap kalangan kaum pasti ada penyeru maksiatnya, kaum apapun itu. Sebenarnya apa yang mereka inginkan di balik tersebarnya maksiat-maksiat itu? Bukankah mereka tahu bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah mengharamkannya? Itulah malapetaka zaman sekarang ini, Allah Ta’ala menguji hamba-Nya dengan semua itu. Barangsiapa selamat darinya (fitnah-fitnah tersebut), maka ia termasuk orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah Azza Wajalla. Dan sebaliknya, barangsiapa terjerumus kedalamnya maka ia termasuk orang yang dikehendaki kesesatan oleh Allah Azza Wajalla. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala selalu memberi perlindungan bagi kita semua dari segala kesesatan.

Di zaman sekarang ini, fitnah-fitnah besar yang ada di sekeliling kita itu ada banyak. Terlebih bagi para penuntut ilmu, pasti ada banyak fitnah-fitnah besar yang menyerangnya. Sebagai seorang penuntut ilmu, kami ingin memberikan beberapa informasi tentang fitnah-fitnah terbesar seorang penuntut ilmu terutama seseorang yang memegang gelar santri.

Yang pertama ialah: “Fitnah merasakan kesombongan didalam hati”

Pasti kalian pernah merasakannya kan? sudah pasti! Kesombongan adalah sifat Dimana kita merasa lebih baik atau lebih tinggi daripada orang lain. Contohnya: ketika ada seseorang yang lebih tidak berpengetahuan daripada kita, kemudian kita merasa lebih berilmu dan kita bangga akan hal itu. Maka itulah sifat sombong yang dimaksud. Dan juga, sifat sombong adalah sifat yang sangat dibenci Allah Subhanahu Wata’ala.

Sebagaimana iblis menjadi makhluk yang dilaknat oleh Allah Subhanahu Wata’ala, iblis menjadi makhluk terlaknat akibat dirinya sendiri yang merasa lebih baik dibanding nabi Adam alaihissalam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kalian kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S al-Baqarah: 34).

Ini adalah dalil yang mengungkapkan bahwa kesombongan iblis benar-benar melewati batas. Dia berani menyatakan kesombongannya didepan tuhan semesta alam, dia berani menyombongan diri di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana yang tertera didalam kitab suci al-Quran.

Allah Azza Wajalla berfirman dalam surah al-A'raf ayat 11 dan 12:

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْن

Artinya: "Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam." Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang bersujud.”

قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَه مِنْ طِيْنٍ

Artinya: "Dia (Allah) berfirman, "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?" Ia (Iblis) menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."

Marilah kita berusaha menghilangkan rasa sombong ini dari dalam diri kita agar kita tidak menjadi sahabat iblis laknatulllah alaihi

Yang kedua: “Fitnah tidak bisa mengontrol hawa nafsu”

Hawa nafsu yang tidak terkontrol bisa menjadi fitnah besar bagi seorang santri. Terlalu mengikuti keinginan pribadi yang bertentangan dengan ajaran Islam dapat menggiring seseorang pada perbuatan yang diharamkan seperti zina, kebohongan, atau dosa-dosa lainnya. Dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan kita untuk menjaga diri dari godaan hawa nafsu yang dapat menyesatkan:

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًاۙ ۝٤

"Apa pendapatmu tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka, apakah kamu akan menjadi pelindung baginya?" Ayat ini menunjukkan bahaya jika seseorang membiarkan hawa nafsunya menguasai dirinya.

Fitnah hawa nafsu adalah godaan atau ujian yang sering muncul dari dorongan pribadi yang cenderung membawa seseorang kepada perbuatan yang menyimpang dari ajaran islam, seperti keinginan berlebihan terhadap kenikmatan duniawi. Hawa nafsu dapat menyebabkan keserakahan, kebanggaan diri, iri hati, dan perbuatan dosa lainnya. Untuk menghindarinya, seorang Muslimataupun muslimah harus menjaga niat, memperkuat iman, dan selalu berdoa agar dilindungi dari godaan tersebut, sehingga tetap berada di jalan yang diridhai oleh Allah Azza Wajalla.

Sudah seharusnya kita menahan hawa nafsu kita karena hawa nafsu yang membimbing dalam keburukan adalah salah satu was-was syaitan dalam menyesatkan anak cucu adam.

Yang ketiga: ”Fitnah ilmu yang tidak bermanfaat”

Jenis fitnah yang satu ini adalah fitnah yang sangat banyak tersebar diantara kita, selain fitnah kesombongan dan hawa nafsu. Seseorang yang mempelajari ilmu agama atau ilmu yang lainnya dengan niat yang salah bisa juga menjadi fitnah. Ilmu-ilmu yang didapatkan kemudian tidak diamalkan dengan ikhlas bisa saja menjauhkan orang lain dari tujuan sesungguhnya, yaitu mendekatkan diri kepada allah

Didalam hadits shahih muslim menyebutkan akibat dari orang-orang yang menuntut ilmu tanpa mencari keridhaan allah.

رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِّمَّا يُبْتَغَىٰ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِّنَ الدُّنْيَا فَلَا يَجِدُ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ."

Hadits Sahih Muslim Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya digunakan untuk mencari wajah Allah, tetapi ia justru menuntut ilmu itu untuk tujuan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat."

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu. Jika tujuan seseorang dalam menuntut ilmu adalah untuk mendapatkan pujian orang lain atau untuk mencari keuntungan dunia, maka ilmu tersebut akan menjadi fitnah bagi seseorang yang menjauhkannya dari Rahmat allah dan tidak akan memberinya keuntungsn dalam segi akhirat.

Jika seseorang menuntut ilmu dengan niat yang salah maka tidak akan ada sedikitpun manfaat yang diperolehnya, dan juga dapat menjadi fitnah yang merusak. Oleh karena itu,sangat penting bagi seorang muslim dan muslimah untuk menjaga niat dalam menuntut ilmu, niatkan menuntut ilmu itu semata-mata untuk mencari Rahmat dan keridhaan allah dan untuk amal ibadah yang benar di jalan Allah Subhanahau Wata’ala. Bukan untuk tujuan duniawi atau sekedar ingin mendapatkkan pujian. Ilmu yang diamalkan dengan niat yang benar akan membawa keberkahan dalam hidup tidak hanya bagi dirinya tapi juga untuk keluarganya dan juga orang -orang yang ada disekitarnya.

Semoga Allah Ta’ala selalu meluruskan niat kita ke jalan yang benar dan menghilangkan segala rasa sombong yang masuk kedalam diri kita dan begitu pula dengan hawa nafsu. Semoga ilmu ini bermanfaat bagi seluruh umat islam diakhir zaman ini, terlebih lagi bagi seluruh penuntut ilmu yang memegang gelar seorang santri.

Aamiin yaa rabbal alamiin.

Adab-adab Menuntut Ilmu
2025-02-05

Adab-adab Menuntut Ilmu

Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-02-05

بِسمِ الله الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah Ta’ala yang telah memberikan kita begitu banyak kenikmatannya. Kenikmatan yang manusia tidak mampu menghitungnya. Shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, nabi yang di utus di atas permukaan bumi ini hanya untuk menyempurnakan adab dan akhlak manusia.

Sebagai ummat islam kita harus memiliki adab dan ilmu akan tetapi ulama lebih mengutamakan beradab sebelum berilmu. Bahkan dikisahkan para ulama terdahulu sebelum mendalami ilmu-ilmu cabang, diantara mereka ada yang mempelajari adab selama 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, dan banyak lagi ulama-ulama yang belajar adab sampai bertahun-tahun.

Mari kita bahas bagaimanakah adab dan akhlak penuntut ilmu itu? Untuk mengetahuinya mari kita Simak materi berikut ini:

Bagaimanakah adab dan akhlak penuntut ilmu itu?

1. Mengihlaskan Niat Dalam Menuntut Ilmu

Meluruskan niat terlebih dahulu sebelum menuntut ilmu dan seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak Ikhlas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Maksud dari hadist di atas adalah orang yang menuntut ilmu hanya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala mereka termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya.

2. Selalu Berdoa Kepada Allah Agar Di Berikan Ilmu Yang Bermanfaat

Berdoa kepada Allah Ta’ala agar kita di berikan ilmu yang bermanfaat dan berildung dari ilmu yag tidak bermanfaat, kerena banyak kaum muslimin yang mempelajari ilmu kesesatan seperti: ilmu goib, ilmu filsafat dan lain-lain. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu anhubahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

سَلوا اللهَ علمًا نافعًا ، و تعوَّذوا باللهِ من علمٍ لا ينفَعُ Artinya: “Mohonlah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat”

3. Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu

Ketika kita menuntut ilmu kita harus memiliki yang namanya ke sungguhan, karena ulama terdahulu sangat serius dalam mencari sebuah ilmu. Dan hilangkan sifat malas, karena kunci keberhasilan tidak dicapai dengan sifat malas. Sebagaimana dalam hadits,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia dalam jalan Allah hingga ia kembali." (HR. At-Tirmidzi)

4. Menjauhkan Diri Dari Dosa Dan Maksiat

Ilmu itu tidak akan bisa masuk kalau diiringi dengan dosa dan maksiat, ilmu itu adalah cahaya sedangkan dosa adalah kemungkaran. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا

Artinya: “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat yaitu diangkatnya ilmu dan kebodohan nampak jelas, dan banyak yang minum khamr dan banyak orang berzina secara terang-terangan.” (HR. Bukhari Muslim).

5. Tidak Sombong Dan Tidak Malu Dalam Menuntut Ilmu

Imam Mujahid rahimahullah mengatakan,

لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ

Artinya: “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong.” (HR. Bukhari secara muallaq)

6. Mendengarkan Baik-Baik Ilmu Yang Di Sampaikan

Salah satu masuknya ilmu adalah dengan fokus dan bersungguh-sungguh, Allah Ta’ala berfirman:

فَبَشِّرۡ عِبَادِ ۙ‏ الَّذِيۡنَ يَسۡتَمِعُوۡنَ الۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُوۡنَ اَحۡسَنَه ؕ اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ هَدٰٮهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمۡ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ

Artinya: … sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

7. Tenang Dan Diam Saat Ilmu Disampaikan

Tenang di sini maksudnya adalah tidak ribut dan mengobrol jika tidak ada kepentingan di dalamnya, Allah Ta’ala berfirman:

وَاِذَا قُرِئَ الۡقُرۡاٰنُ فَاسۡتَمِعُوۡا لَهٗ وَاَنۡصِتُوۡا لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ‏

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

8. Berusaha Dalam Menerima Ilmu Yang Di Sampaikan

Maksudnya adalah tenang saat ilmu diberikan, mencari tempat yang nyaman, memerhatikan penjelasan guru, mencatat faedah ilmu tersebut, tidak banyak bertanya saat guru sedang mengajarkan ilmunya, dan mengamalkan ilmu yang sudah kita pelajari.

9. Menghafal Ilmu Yang Telah Di Sampaikan

Maksudnya adalah muroja’ah atau mengulangi ilmu yang di sampaikan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ Artinya: Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi)

10. Mengamalkan Ilmu Yang Sudah Kita Pelajari

Kita harus mengamalkan ilmu yang sudah kita pelajari. Sebagian orang yang belajar agama hanya untuk menambah wawasan dan mengangkat kebodohan dari diri kita, akan tetapi kebanyakan orang dia enggan mengamalkan ilmu nya. Padahal seharusnnya kita mengamalkan ilmu tersebut dan digunakan untuk berdakwah.

Akan tetapi orang yang tidak mengamalakan ilmu yang sudah dia ketahui, namun dia tidak mengamalkannya, maka dia akan dihitung sebagai orang yang berdosa dan dia akan dimasukkan ke dalam neraka di hari kiamat kelak. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu, Nabi Muhammadshallallahu alaihi wasallam bersabda,

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ،فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

Artinya: “Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)

Penutup

Jadi dapat kita simpulkan bahwa orang yang menuntut ilmu harus dilandasi dengan adab dan akhlak kerena sangat sia-sia jika orang yang telah menuntut ilmu akan tetapi dia sangat kekurangan adab dan akhlak, karena ulama-ulama terdahulu sangat mengutamakan yang namanya adab sebelum mempelajari ilmu. Imam Abdullah Ibnul Mubarak yang wafat tahun 181 Hijriyah mengatakan,

Aku mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan aku menuntut ilmu selama dua puluh tahun.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga pernah bersabda terkait pentingnya berakhlak mulia,

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ

Artinya: Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat nanti daripada akhlak yang mulia. Sesungguhnya Allah sungguh membenci orang yang berkata kotor lagi jahat.” (HR. At-Tirmdzi)

Wallahu a’lam

Adakah Amalan Khusus di Bulan Sya’ban?
2025-02-05

Adakah Amalan Khusus di Bulan Sya’ban?

Ditulis oleh Zhapran Al Farruq pada 2025-02-05

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينًاٗ

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُم بِإِحسَانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ أَمَّا بَعدُ

Alhamdulillah.. Kembali lisan kita memuji kepada Allah subhanahu wata’ala, Rabb yang telah mengantarkan kita untuk bertemu pada bulan yang ditetapkan-Nya, bulan di mana kita kembali diberi kesempatan untuk memanen pahala, yaitu bulan Sya’ban. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sang suri teladan dalam menapaki kehidupan, yang dengan mengikuti seluruh perintahnya kita mengharapkan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat kelak.

Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan yang banyak amal-amal terlalaikan padahal bulan ini merupakan bulan diangkatnya amal-amal menuju Rabb semesta alam. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

Ketika Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan d imana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa’’.

(H.R. An Nasa’i, Ahmad, dansanad-nya di-hasan-kan Syaikh Al Albani)

Apa saja yang dilakukan agar kita dapat memaksimalkan bulan Sya’ban dan apakah ada suatu amalan khusus di bulan Sya’ban? Mari kita bahas di bawah ini:

1. Berpuasa Sebelum Masuk Bulan Sya’ban

Bulan Sya’ban: Bulan persiapan untuk memasuki bulan yang mulia (Ramadhan).

Banyak kaum muslimin tidak mempersiapkan diri ketika telah masuk bulan Sya’ban. Padahal itu adalah waktu yang tidak lama lagi kita akan masuk bulan Ramadhan, yang di mana jika kita mensucikan hati maka saat telah masuk bulan Ramadhan telah siap untuk melakukan amalan dan kita tidak lelah saat kita melakukannnya. Salah satu bentuk persiapannya adalah dengan memperbanyak puasa, sebagaimana dalam sebuah hadits:

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.”

(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Rasulullah berpuasa di bulan Sya’ban dengan tujuan saat memasuki bulan Ramadhan tubuh beliau terlatih untuk berpuasa dan tujuannya juga agar kaum muslimin mengikuti cara tersebut, dengan begitu kaum muslimin tidak akan lelah saat telah masuk bulan Ramadhan. Selain bermanfaat agar kita tidak lelah saat berpuasa, manfaatnya juga adalah pengampunan dosa, mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, dan mendapatkan keberkahan dan rahmat-Nya.

2. Memperbanyak Sholat Malam di bulan Sya’ban

Memperbanyak sholat malam sebelum memasuki bulan Ramadhan juga merupakan bentuk persiapan, karena dengan seringnya sholat malam tubuh kita akan terlatih saat kita mau beri’tikaf dan sholat malam. Namun dalil tentang pengkhususan sholat malam tidak ada riwayat yang shahih namun kita boleh melakukannya tanpa niat khusus agar kita terjerumus perkara bid’ah dalam agama. Jangan sampai juga kita mengerjakan di malam itu dengan niat shalat khusus pada bulan Sya’ban dengan jumlah tertentu dan ini dilakukan tiap tahun. Maka ini lebih parah daripada tingkatan kedua dan lebih jauh dari sunnah. Riwayat-riwayat yang menjelaskan keutamaannya adalah hadits palsu.

Syaikh Bin Baz rahimahullah mengatakan, “Semua riwayat yang menerangkan keutamaan shalat malam nisfu Sya’ban adalah riwayat palsu.”

3. Adakah amalan khusus di Bulan Sya’ban

Tidak ada amalan khusus di dalam bulan Sya’ban seperti semisal berpuasa penuh di bulan Sya’ban, upacara peringatan malam Nisysfis Sya’ban, menyiapkan makanan Nisyfu Sya’ban, dan lain-lainnya. Meskipun ada banyak hadits yang mengatakan ada amalan khusus di dalam bulan Sya’ban tapi riwayatnya ada yang lemah bahkan ada yang menyatakan palsu. Diantarannya hadits Ali radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullah “Jika malam nisfu Sya’ban, maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah pada siangnya.”

Di atas sudah dijelaskan bahwa Ibnu Rajab rahimahullah menilainya lemah, sementara Rasyid Ridha rahimahullah menilainya palsu. Maka tidak ada amalan pengkhususan di bulan Sya’ban. Tapi kita harus tetap melakukan banyak ibadah seperti puasa, sholat malam, dan lain-lain sebagai bentuk persiapan kita sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Itulah sedikit ulasan singkat mengenai bulan Sya’ban. Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan kita kemudahan dalam menjalani-hari di bulan ini dengan melakukan kebaikan serta menghindari segala bentuk kedzaliman.

والله أعلم بالصواب

Isra Mi'raj : Urgensi Ibadah Dibalik Peristiwaa Agung Ini Daripada Perayaannya
2025-01-27

Isra Mi'raj : Urgensi Ibadah Dibalik Peristiwaa Agung Ini Daripada Perayaannya

Ditulis oleh Andi Abdullah bin Hasyim pada 2025-01-27

الحمد لله على إحسانه والشكرله على توفيقه وامتنانه وأشهد ان لا اله الا الله تعظيما لشأنه واشهد ان محمدا رسول الله الدعي الى رضوانه

Alhamdulillah, Kembali lagi kita memuji allah subhanahu wata’ala yang telah mensyariatkan shalat lima waktu sehari semalam. Shalawat berbingkaikan salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah melakukan perjalanan di malam hari untuk menerima perintah shalat.

Sebagai umat Islam, kita tentunya senantiasa mengerjakan shalat lima kali dalam sehari semalam atau yang biasa kita sebut shalat lima waktu. Nah, pernahkah kalian bertanya, kapan shalat lima waktu disyariatkan? Apa hubungan antara shalat lima waktu dan peristiwa Isra’ Mi’raj? Apa hukum merayakannya? Untuk mengetahuinya mari kita simak materi berikut ini:

Apa itu Isra’ Mi’raj?

Isra’ Mi’raj berasal dari 2 kata, yaitu Isra’ dan Mi’raj. Isra’ berasal dari kata (أسرى – يسرى) yang bermakna memperjalankan di malam hari. Isra’ adalah peristiwa Dimana nabi Muhammad diperjalankan dari masjidil haram ke masjidil aqsa. Sedangkan mi’raj berasal dari kata (عرج – يعرج) yang berarti naik. Mi’raj merupakan lanjutan dari peristiwa Isra’ Dimana beliau ﷺ naik ke sidratul Muntaha.

Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa dari peristiwa – peristiwa menakjubkan, Dimana nabi kita, nabi Muhammad ﷺ bepergian dengan menaiki buraq dan ditemani oleh malaikat Jibril, dari masjidil haram ke Baitul maqdis atau yang kita kenal dengan masjidil aqsa, dan diangkat ke langit ke tujuh kemudian Kembali ke Makkah.

Yang ajaibnya, perjalanan yang sangat jauh ini dilakukan hanya dalam satu malam. Tentu peristiwa ini telah dinukilkan dalam al-Qur’an sehingga kita sebagai kaum muslimin haruslah percaya terhadap peristiwa ini karena allah sendiri yang mengabarkan dalam kalamnya:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۝١

Artinya: “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Qs. Al Isra: 1)

Peristiwa ini bertujuan untuk menerima wahyu shalat fardhu. Sebelum shalat fardhu menjadi 5 kali, shalat disyariatkan sebanyak 50 kali. Lalu berkat saran nabi musa ‘alaihissalam yang mengatakan kepada nabi Muhammad bahwa ummatnya tidak akan sanggup melakukannya, sehingga nabi Muhammad ﷺ meminta kepada Allah agar jumlah rakaatnya dikurangi. Permintaan beliau dikabulkan dan jumlah rakaatnya berkurang sedikit demi sedikit sampai akhirnya menjadi seperti hari ini, yakni lima kali dalam sehari.

Meski jumlahnya telah dikurangi dari lima puluh kali shalat menjadi lima kali shalat, akan tetapi pahalanya tetap sama dengan pahala lima puluh kali shalat, karena setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat.

Apa hukum merayakan peristiwa Isra’ Mi’raj?

Mayoritas kaum muslimin di dunia ini, merayakan peristiwa ini. Akan tetapi, sebelum kita menanyakan apa hukum merayakannya, mari kita telusuri terlebih dahulu kapan Isra’ Mi’raj terjadi, apakah ia benar terjadi pada malam 27 rajab?

Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan terjadinya peristiwa ini, karena tidak ada satupun hadits shahih yang menerangkan kapan Isra’ Mi’raj terjadi. Ada yang mengatakan peristiwa ini terjadi sekitar pada tahun ke dua, tahun ke lima dan ada juga yang mengatakan tahun ke sepuluh setelah kenabian. Namun tidak ada satu pun yang pasti tentang kebenaran waktu peristiwa ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

“Tidak ada dalil tegas yang menyatakan terjadinya isra’ mi’raj pada bulan tertentu atau sepuluh hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menegaskan waktu pastinya.” (Zaadul Ma’ad, 1/54)

Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya juga tidak pernah mencontohkan hal ini. Sehingga perkara ini masuk dalam perkara bid’ah (perkara baru dalam agama yang tidak ada tuntunannya dari nabi ﷺ). Barangsiapa yang mengadakan perkara baru dalam agama, maka amalan itu ter tolak, sebagaimana sabda beliau:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

Artinya: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka (amalan tersebut) tertolak”

Kalau waktu mengenai kapan peritiwa Isra’ Mi’raj saja diperselisihkan oleh para ulama, mengapa kita ingin merayakannya?

Kalau perkara ini adalah syariat islam, maka Rasulullah pasti akan menjadi orang pertama yang merayakannya. Nyatanya, pernahkah Rasulullah serta para sahabatnya melakukannya?

Kalau memang hal ini dilakukan oleh beliau, maka tentulah tidak akan ada perbedaan pendapat mengenai waktu terjadinya Isra’ Mi’raj.

Bagaimanakah Peristiwa Isra’Mi’raj itu?

Peristiwa ini adalah perjalanan Nabi Muhammad saw pada malam hari. Dari masjidil Haram ke Baitul Maqdis atau yang kita kenal sebagai Majidil Aqsa, nabi Muhammad saw pergi dengan menaiki buraq yang didampingi oleh malaikat Jibril, lalu beliau turun untuk melaksanakan ibadah Sholat dan sekaligus mengimami para nabi yang lain, ketika beliau sholat, buraq di ikat pada tali pintu masjid.

Pada malam itu dari Baitul maqdis beliau naik ke langit dunia yang di damping oleh Jibril, setelah itu Jibril memita izin untuk dibukakakan pintu dan maka dari itu pintu langit dibukakan untuknya, setelah itu di langit pertama beliau ketemu dengan nabi Adam as Bapak dari semua manusia dan nabi Adam mengucapkan salam untuk nya setelah itu beliau naik ke langit ke dua, di sana beliau ketemu dengan nabi Yahya bin Zakaria dan nabi Isa bin Maryam dan beliau mengucapkan salam untuknya dan mereka berdua menjawat salam tersebut.

Setalah itu beliau naik ke langit ke tiga ketika sampai beliau bertemu dengan nabi Yusuf dan beliau mengucapkan salam untuknya dan nabi Yusuf menjawab salam tersebut. Setalah itu beliau naik ke langit ke empat, di sana beliau bertemu dengan nabi Idris, beliau mengucapkan salam untuknya dan nabi Idris menjawab salam tersebut. Dan setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya ke langit ke lima, di sana beliau bertemu dengan nabi Harun bin Imran dan beliau mengucapkan salam untuk nya dan, dan nabi harun mejawab salam tersebut. Setalah itu beliau naik ke langit ke enam, di sana beliau bertemu dengan nabi Musa bin Imran dan beliau mengucapkan salam untuknya dan nabi Musa menjawab salam tersebut.

Dan beliau melanjutkan perjalanannya lagi sampai ke langit yang terkahir yaitu langit ke tujuh, di sana beliau bertemu dengan nabi Ibrahim dan beliau mengucapkan salam untuknya dan nabi Ibrahim menjawab salam tersebut. Setelah itu beliau melanjutkan perjalannya ke Al-Baitul Ma’mur atau yang kita kenal Sidaratul Muntaha untuk menghadap Allah swt, setelah itu Allah swt mewahyukan kepada hambanya untuk mewajibkan Sholat kepada beliau lima puluh kali, dan setelah itu beliau menemui nabi Musa untuk meminta saran akan tetapi nabi Musa mengatakan “kembalilah sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu” dan beliau meminta saran dari Jibril, akan tetapi Jibril mengatakan seperti demikian.

Kemudian beliau Kembali menghadap kepada Allah swt untuk diberikan keringanan, dalam Riwayat Bukhari jumlah sholat dikurangi sepuluh dan setelah itu beliau kembali kepada Musa akan tetapi Musa memintanya untuk kembali lagi untuk meminta keringanan kepada Allah swt, begitulah beliau mondar mandir bertemu dengan Musa dan Allah swt sampai sholat itu ditetapkan lima kali.

Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa beliau melihat rabbnya tidak seperti manusia biasa, ada juga yang mengatakan beliau melihat rabbnya dengan mata telanjang, namun pendapat ini tidak ada yang menguatkan sama sekali. Setelah itu beliau melihat neraka dan surga, beliau melihat pintu neraka yang diawasi oleh malaikat penjaga neraka dan beliau melihat orang yang disiksa kerena dosa yang diperbuatnya, seketika beliau menangis kerena takut salah satu dari ummatnya masuk ke dalam neraka. Ketika beliau diperlihatkan surga beliau tersenyum.

Penutup

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang agung Dimana nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam naik ke atas langit untuk menerima perintah shalat. Mengenai waktu terjadinya, tidak ada satupun hadits shahih yang memastikannya.

  1. Adapun perayaannya, maka sebaiknya kita tidak melakukannya karena berbagai alasan, diantaranya:

  2. Merupakan perkara bid’ah karena tidak ada tuntunannya dalam syariat.

  3. Tidak ada tanggal pasti mengenai waktu terjadinya Isra’ Mi’raj.

  4. Jika perayaan ini dilakukan, maka akan muncul beberapa kemungkaran, seperti ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan Perempuan), music, dll.

  5. Daripada sibuk dengan perayaan ini, sudahkah kita menjaga dan melaksanakan setiap harinya apa yang disyariatkan pada peristiwa ini, yakni shalat lima waktu?

Wallahu a’lam

Hadits-hadits Yang Perlu Diwaspadai
2025-01-23

Hadits-hadits Yang Perlu Diwaspadai

Ditulis oleh Tim Redaksi Infokom VTHQ pada 2025-01-23

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ

ٱليَومَ أَكمَلتُ لَكُم دِينَكُم وَأَتمَمتُ عَلَيكُم نِعمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلإِسلَٰمَ دِينا

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُم بِإِحسَانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ أَمَّا بَعدُ

Pada artikel sebelumnya, kita telah menjelaskan bahwa tidak ada hadits shahih yang berkaitan dengan amalan khusus di bulan Rajab. Sebagaimana perkataan dari seorang ahli pakar hadist, Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani asy-Syafi'i rahimahullah mengatakan,

"Tidak ada satu hadits shahihpun yang bisa dijadikan hujjah (dalil) tentang keutamaan bulan Rajab, puasa Rajab, atau keutamaan berpuasa di hari-hari tertentu padanya, maupun shalat malam secara khusus padanya." (Tabyiin al-'Ajab, hlm. 23).

Namun hadist-hadist palsu yang beredar di tengah masyarakat, menggiring mereka untuk mengamalkannya. Maka pada kesempatan ini, kami akan bahas hadist-hadist palsu tersebut.

1. Hadist tentang Keutamaan Sholat 4 Rakaat di Bulan Rajab

مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ رَجَبٍ، وَصَلَّى فِيْهِ أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فيِ أَوَّلِ رَكْعَةٍ مِائَةَ مَرَّةٍ آيَةَ الكُرْسِي، وَفيِ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدُ مِائَةَ مَرَّةٍ، لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، أَوْ يُرَى لَهُ.”

Barangsiapa berpuasa di bulan Rajab, melakukan shalat 4 raka’at, membaca ayat kursi 100 kali pada raka’at pertama, dan membaca surat al-Ikhlas 100 kali pada raka’at kedua, maka tidaklah dia meninggal sampai dia melihat atau diperlihatkan tempat duduknya di surga.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah menegaskan,

“Hadits ini palsu atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

(Tabyinul Ajab bima warada fi Fadhli Rajab hlm. 22)

2. Hadist tentang Keutamaan Puasa di Bulan Rajab

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَصُمْ بَعْدَ رَمَضَانَ إلا رجباً وشعبان

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa setelah Ramadhan kecuali pada bulan Rajab dan Sya’ban.”

Imam al-Baihaqi (384 – 458 H) rahimahullah setelah menyebutkan hadits ini dalam kitabnya Sunan al-Baihaqi. Beliau menyatakan bahwa ini adalah hadits yang munkar, pada sanadnya terdapat seorang perawi bernama Yusuf bin ‘Athiyyah; ia sangat lemah periwayatan haditsnya.

3. Hadist tentang Shalat pada Awal Bulan Rajab

مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا عِشْرِينَ رَكْعَةً، يَقْرَأُ فِي كل رَكْعَة بِفَاتِحَة الْكتاب وَقل هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ مَرَّةً، وَيُسَلِّمُ فِيهِنَّ عَشْرَ تَسْلِيمَاتٍ، أَتَدْرُونَ مَا ثَوَابُهُ؟ فَإِنَّ الرُّوحَ الأَمِينَ جِبْرِيلَ عَلَّمَنِي ذَلِكَ. قُلْنَا: اللَّهُ ورَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: حَفِظَهُ اللَّهُ فِي نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَأُجِيرَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَجَازَ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلا عَذَاب.

“Barangsiapa mengerjakan shalat maghrib pada awal malam bulan Rajab, kemudian mengerjakan shalat dua puluh rakaat setelahnya; pada setiap rakaat membaca surat al-Fatihah dan al-Ikhlas satu kali, dengan 10 kali salam; tahukah kalian pahala yang didapat darinya?Allah akan menjaga dirinya, keluarganya, hartanya dan anak-anaknya; dia akan diselamatkan dari siksa kubur; dan akan melewati shirat (jembatan di atas Neraka Jahannam) secepat kilat tanpa dihitung amalannya ataupun diazab.”

Dalam kitab Al-Maudhu’at li Ibnil Jauzy (2/123) al Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan hadits ini palsu, mayoritas perawinya tidak dikenal oleh para ahli hadits.

4. Hadist tentang Shalat Pada Malam 27 Rajab

Dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma berkata,

مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ مِنْ رَجَبٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةٍ يَقْرَأُ فيِ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ وَسُورَةٍ، فَإِذَا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَرَأَ فَاتِحَةَ الكِتَابِ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَهُوَ جَالِسٌ، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ لِلّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ أَصْبَحَ صَائِمًا، حَطَّ اللهُ عَنْهُ ذُنُوبَهُ سِتِّيْنَ سَنَةً. وَهِىَ اللَّيْلَةُ الَتِي بَعَثَ فِيْهِ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم.”

“Barangsiapa yang shalat 12 raka’at pada malam ke-27 bulan Rajab, ia membaca al-Fatihah dan sebuah surat dari al-Qur’an di setiap raka’atnya, kemudian setelah selesai shalat, dia duduk sambil membaca surat al-Fatihah 7 kali, lalu membaca,

سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ لِلّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

‘Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung’ sebanyak 4 kali, kemudian esok harinya ia berpuasa, niscaya Allah akan hapus dosanya selama 60 tahun. Itu adalah malam diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Disebutkan di dalam catatan kaki kitab Tabyinul ‘Ajab fii maa Warada fii Syahri Rajab,

“Di dalam hadits tersebut, ada perawi yang tidak dikenal. Adapun Ibnu Ziyad al-Yasykuri, maka dia telah dikatakan pendusta oleh para ulama ahli hadits. Maka tidak pantas menyibukkan diri untuk menelaah yang semisal ini.”

5. Hadist tentang Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab

Diantara hadistnya

رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ الْأَصَمِّ، مَنْ صَامَ مِنْ رَجَبٍ يَوْماً إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً اُسْتُوْجِبَ رِضْوَانُ اللهِ الْأَكْبَرِ

“Rajab adalah bulan Allah al-Asham (Mahakuat), barang siapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan mendatangkan keridhaan Allah yang Mahabesar.”

Hadits ini tidak ada asalnya; direka-reka oleh Abu Bakar as-Suqti dan dibubuhi sanad palsu, sebagaimana dipaparkan Ibnu hajar dalam kitabnya Tabyinul ‘Ajab. Imam asy-Syaukani seorang yang fakih dan mujtahid dan salah satu ulama besar negeri Yaman pada zamannya mengatakan dalam kitabnya Fawaid al-Majmu’ah, “Hadits ini diriwayatkan oleh al-Jauzaqani dari Anas secara marfu’. Akan tetapi hadits ini palsu dan para perawinya sama sekali tidak dikenal.”

Penutup

Masih ada beberapa hadist palsu maupun dhaif yang tidak sempat kami paparkan. Kesimpulannya, sebagai muslim sejati dalam mengamalkan sebuah hadist harus didasari dengan keshahihannya. Karena amalan tanpa ada bukti nyata yang kuat dari Al Qur’an maupun As Sunnah, tentu amalan tersebut akan sia-sia dan tertolak. Sebagaimana yang dikabarkan dari hadit ummul mukminin Aisyah radhiallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Dan tentu akan ada balasan bagi orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memperingati kita semua dari perbuatan dusta tersebut. Beliau alaihisshalatu wassalam bersabda,

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

"Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka."

(HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 3 di dalam sahih keduanya dari sahabat Abu Hurairah)

والله أعلم بالصواب

Umat yang Latah
2025-01-20

Umat yang Latah

Ditulis oleh Arif Ansar Syah, S.H pada 2025-01-20

Zaman sekarang ini memiliki seorang panutan atau inspirasi bukanlah sesuatu yang tabu di kalangan khalayak masyarakat. Hampir setiap orang mengidolakan seseorang, baik itu ayahnya, temannya, gurunya, atau bahkan pasangan hidupnya. Namun, tahukah kita bahwa ternyata urusan mengambil seseorang sebagai inspirasi atau panutan bukanlah hal yang sepele, karena ini menyangkut kehidupan kita di dunia yang fana ini dan kehidupan abadi kita di akhirat. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Ahzab ayat ke 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Dari firman Allah tersebut ada pesan yang sangat berharga yang disampaikan di dalamnya, yaitu bagaimana mulianya dan sangat pantasnya seorang Nabi Allah, Muhammad, untuk dijadikan sebagai suri tauladan atau panutan kita. Allah SubhanahuwaTa’ala juga menyebutkan manfaat serta alasan utama mengapa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamadalah panutan yang layak, yaitu jalan untuk menggapai Rahmat Allah serta kebaikan hari akhirat yaitu surga-Nya.

Kita dapati pada masa sekarang bahwa banyak dari kalangan umat Islam yang hanya mengekor dan latah dalam masalah ini. Ada yang mengidolakan seorang pemain bola yang mungkin bahkan bukan seorang muslim, atau idola dari kalangan publik figur yang notabene kita tahu bahwa kesehariannya berkutat dengan adegan-adegan kehidupan yang penuh dengan kebohongan dan kemungkaran yang secara sadar atau tidak, mereka semua tidak dapat mendatangkan sebuah petuah dan kebaikan yang hakiki sebagaimana yang di gambarkan dalam ayat tersebut.

Maka sebuah pertanyaan “Apakah kita umat yang latah?”. Mari kita menengok sejenak diri-diri kita dan lihatlah kita termaksud dalam golongan yang mana. Apakah golongan orang yang mengekor pada kebaikan atau sebaliknya.

Dalam tulisan ini penulis akan memberikan poin-poin pembahasan yaitu mengapa orang tidak menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan dan mengapa seseorang sepantasnya menjadikan beliau sebagai idola atau panutan. Dimulai dengan sebuah kisah yang menarik dari perjalanan hidup seorang sahabat Anas bin Malik al-Anshary yang akan memberikan kita sebuah pelajaran yaitu pentingnya seorang panutan.

Di kota Madinah yang dulunya bernama Yatsrib, hidup seorang anak yang bernama Anas bin Malik yang ketika itu umurnya masih belia. Beliau diasuh dan dididik oleh ibunya, Ghumaisha. Ibunya mengajarkan kepada Anas dua kalimat suci kalimat syahadatain serta mengisi hati Anas dengan rasa cinta akan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Anas pun langsung tertarik dengan apa yang disampaikan oleh ibunya. Ketika itu Anas berada di Yastrib dan Rasulullah masih berada di kota Mekkah dan Anas kecil sangat merindukan untuk bertemu dengan baginda Rasulullah. Kemudian di usia Anas yang 10 tahun Rasulullah memasuki kota Madinah, disambut dengan penuh rasa bahagia oleh penduduk kota Madinah.

Pada saat itulah sang ibu Ghumaisha datang menghadap Rasulullah membawa serta anaknya, Anas, “Ya Rasulullah tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja. Ambilah dia dan jadikanlah dia pembantu sesuka hatimu”. Nabi Muhammad gembira dengannya dan Anas pun juga merasakan hal yang sama. Semenjak itulah Anas bin Malik mendampingi hidup Rasulullah selama kurang lebih 10 tahun. Anas bin Malik pernah mengatakan bahwa ada dua hari yang selalu dikenang oleh Anas,yaitu hari dimana dia pertama kali berjumpa dengan Rasulullah dan hari dimana Rasulullah kembali ke Sang Pencipta (hari kematian Rasulullah).

Salah satu doa Nabi kepada Anas adalah

Ya Allah berikanlah dia harta dan keturunan dan berkahilah dia

Tercatat dalam sejarah bahwa Anas bin Malik hidup dengan umur kurang lebih satu abad dan merupakan orang dari kalangan Anshar yang memiliki paling banyak keturunan anak, cucu dan yang paling banyak harta kekayaannya.

Kisah Anas bin Malik mengajarkan kita sebuah pelajaran penting tentang bagaimana pentingnya sebuah panutan dari seorang yang baik, sholeh serta memiliki akhlak yang mulia, dialah Sebaik-baik manusia, Rasulullah. Beranjak dari kehidupan para sahabat Rasulullah menuju pada zaman modern yang pada saat sekarang ini kita mendapati sebuah fenomena yaitu umat yang melatah terhadap Dunia Barat, dunia global yang jauh dari apa yang di ajarkan oleh islam. Dalam hadits yang dikabarkan oleh Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah pernah mengatakan:

لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ الذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ زِرَاعًا بِزِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا فِيْ جُحْرِ ضَبٍّ لَاَتَّبَعْتُمُوْهُمْ, قُلْنَا يَا رَسُوْلَ الله اليَهُوْدُ وَ النَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”

Setelah mempelajari kisah tersebut maka poin selanjutnya adalah mengapa seorang tidak menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan mengapa seorang muslim menjadikannya sebagai panutan. Berikut poin-poin tersebut:

1. Alasan Mengapa Orang Tidak Mengidolakan Rasulullah

Pengaruh Cinta Dunia

Salah satu penyebab utama dari tidak mengidolakannya Nabi Muhammad adalah karena cinta dunia yang berlebihan, mengapa? Karena dengan cinta dunia seseorang akan memiliki pola pikir yang semuanya mendasar pada kesenangan dunia, harta, dan hal-hal lainnya yang dalam pandangan mereka semua penikmat-penikmat dunia dapat menguntungkan. Realita inilah yang terjadi dalam masyarakat, dimana seorang penikmat dunia akan mencari petuah-petuah dari kehidupan dunia dan mereka melihat bahwa dengan idola-idola mereka semuanya yang juga adalah penikmat dunia mendapatkan kebahagian berupa harta, jabatan, serta keuntungan-keuntungan lainnya. Padahal nilai dunia di sisi Allah sangatlah kecil sebagaimana sabda Rasulullah:

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ماَ سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ ماَءٍ

“Seandainya dunia di sisi Allâh sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir.”

Disebutkan pula dalam surah At-Taubah ayat 38

“…Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.”

Pengaruh Lingkungan

Karena pergaulan di lingkungan sekitar merupakan hal yang penting dan menjadi sebab mengapa terjadi hal-hal yang buruk dan baik pada seseorang, seperti dalam kasus ini adalah seseorang akan mengikut pada kawan atau temannya begitu pula dalam hal mengambil seorang panutan. Maka dia akan mengikut pada apa yang diidolakan oleh teman-temannya. Penting untuk mengambil seorang teman yang baik akhlak, perangainya serta agamanya. Ini sejalan dengan maksud hadits Rasulullah

المَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُر أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.”

Sebaik-baik teman adalah yang membawa kepada kebahagiaan hakiki dan tentunya berpanutan kepada sebaik-baik manusia yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Ketidaktahuan

Ketidaktahuan seseorang akan sesuatu adalah sebab mengapa tidak suka atau tidak tertarik akan sesuatu tersebut. Jadi semakin seseorang mendalami ilmu dari sesuatu tersebut maka semakin kenal dia dan akan tumbuh rasa suka, rasa cinta dalam dirinya dan kemudian akan membawanya pada tahap dimana dia akan menjadikan prinsip hidup dan panutan. Pada permasalahan ini maka ada beberapa elemen masyarakat yang akan berperan penting untuk menumbuhkan rasa cinta akan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yaitu peran seorang da’i, seorang ustadz, atau muballigh untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, serta peran dari masyarakat itu sendiri dengan usaha-usaha yang mereka tempuh seperti mempelajarinya atau membaca sirah Nabawiyah (kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad).

2. Alasan Mengapa Kita Harus Mengidolakan Rasulullah

Kebahagiaan yang Hakiki

Dengan menjadikan Rasulullah panutan hidup, maka tentu akan mendatangkan yang namanya keuntungan-keuntungan, bukan hanya keuntungan duniawi namun hingga akhirat berupa kebahagiaan yang hakiki dengan mendapatkan ridho Allah. Bahkan dengan ridho Allah kepada seorang hamba akan mendatangkan keuntungan-keuntungan dunia kepadanya. Dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa:

قَالَ رَسُوْلُ الله صَلى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيْلَ فَقَالَ إِنِّ أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْل ثًمَّ ينَادِيْ فِيْ السَمَاءِ فَيَقُوْلُ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوْهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَمَاءِ ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِيْ الأَرْضِيْ (رَوَاهُ الْبُخَارِيْ)

“Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, Aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibril pun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

Mengidolakan Rasulullah berarti Semakin Paham dengan Islam (Syariat)

Menjadikan Rasulullah sebagai panutan maka akan menjadikan seseorang lebih paham akan Islam karena ia akan mempelajari, membaca, menelaah sosok panutannya dan dengan melalui itu semua berarti ia akan lebih banyak mengetahui kehidupan Rasulullah serta Sunnah-Sunnahnya. Melaksanakannya berarti ibadah kepada Allah lebih baik dan lebih sempurna, sebagaimana wujud ibadah seseorang akan diterima di sisi Allah ketika ada padanya 2 syarat yaitu:

  • Ikhlas karena Allah

  • Mutaba’ah (mengikuti Sunnah Nabi Muhammad)

Membentuk Pribadi yang Sholeh, Akhlak yang Mulia

Sebagai bentuk posistif dari mempelajari kehidupan Rasulullah adalah semakin kita tahu bahwa akhlak Rasulullah sangatlah agung serta yang paling mulia akhlaknya sejalan dengan salah satu tujuan diutusnya Beliau ke muka bumi seperti dalam hadits:

إِنَما بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”

Berkata Hasan al-Bashri bahwa

“Sesungguhnya tanda cinta seseorang terhadap Nabi Muhammad adalah dengan mengikutinya.”

Ini merupakan sebuah neraca timbangan kedudukan seseorang di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Semakin besar dan banyak kita mengikut dan mempraktikkan Sunnah Nabi, maka semakin tinggi dan mulia kita di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka semua akan kembali pada penilaian kita masing-masing terhadap diri kita. Apakah kita akan termasuk umat yang latah terhadap gemerlap dunia atau Dunia Barat ataukah kita termasuk dalam golongan umat yang latah (dalam makna yang baik) terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah berupa akhlak yang mulia dan Sunnah yang agung serta suci?

Wallahu ‘alam bish showab.

Sumber:

  • Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Rasulullah saw. Karya Dr. Abdurrahman Ra’fat al-Basya (penerjemah Bobby Herwibowo, Lc.), Kaunee Creative Team

  • (HR. Muslim no. 2669)

  • (HR. At-Tirmidzi, no. 2320 dan Ibnu Mâjah, no. 4110 dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu. Lafazh ini milik at-Tirmidzi)

  • (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

  • Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah

  • HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273

SEBERAPA ISTIMEWA BULAN RAJAB?
2024-10-23

SEBERAPA ISTIMEWA BULAN RAJAB?

Ditulis oleh Tim Redaksi Infokom VTHQ pada 2024-10-23

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُم بِإِحسَانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ أَمَّا بَعدُ

Alhamdulillah.. Kembali lisan kita memuji kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb yang telah mengantarkan kita untuk bertemu pada salah satu bulan haram yang ditetapkan-Nya, bulan dimana kita kembali diberi kesempatan untuk memanen pahala, yaitu Bulan Rajab. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Sang suri teladan dalam menapaki kehidupan, yang dengan mengikuti seluruh perintahnya kita mengharapkan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat kelak.

Bulan Rajab adalah satu diantara 4 bulan haram yang telah Allah tetapkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadist:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ، وَذُو الحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ، مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى، وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman (tahun) ini telah berputar sesuai dengan aslinya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun dua belas bulan, di antaranya empat bulan haram, tiga bulan berturut-turut: Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan keempat adalah Rajab yang diagungkan kabilah Mudhar yang berada di antara bulan Jumadilakhir dan Syakban.”

Sahih al-Bukhari, no. 3197, dan Sahih Muslim, no.1679.

Lalu, seberapa istimewakah bulan ini dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya? Simak pembahasan berikut ini:

1. Bulan Rajab : Bulan Haram (Mulia) yang sering dicampakkan

Secara umum, tidak banyak kaum muslimin mengetahui keutamaan bulan rajab. Sangat disayangkan ketika bulan rajab berlalu begitu saja dan mayoritas muslimin mengabaikan keutaamaannya. Padahal bulan rajab termasuk salah satu bulan haram yg dimuliakan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah:36)

Seorang ulama ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan empat bulan haram ialah: Bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram.

Bulan Haram yaitu bulan-bulan yang pahala amal ibadah dan dosa maksiat lebih besar nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dibandingkan bulan lainnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ..

“…Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu.” (at-Taubah 36)

Ahli tafsir dari kalangan sahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pun berkata tentang bulan haram tentang surat di atas:

“Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan haram dari dua belas bulan, Allah menjadikan empat bulan tersebut bulan haram dan keharaman berbuat zalim lebih besar padanya serta Allah jadikan dosa maksiat dan pahala amalan shaleh lebih besar nilainya.” (Tafsir Ibnu Katsir (4/148))

2. Adakah amalan khusus di Bulan Rajab?

Tidak ada amalan pengkhususan di bulan rajab semisal ibadah umrah, menyembelih, shalat malam atau puasa khusus di bulan rajab. Demikian pula, tidak disyariatkan puasa di bulan Rajab selama sebulan penuh.

Meskipun ada beberapa hadist yang menyebutkan amalan-amalan khusus di bulan rajab. Tetapi para ulama ahlul hadist menyatakan tidak ada hadist yang shahih terkait amalan khusus di bulan rajab. Diantaranya sebagaimana perkataan Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani asy-Syafi'i rahimahullah: "Tidak ada satu hadits shahihpun yang bisa dijadikan hujjah (dalil) tentang keutamaan bulan Rajab, puasa Rajab, atau keutamaan berpuasa di hari-hari tertentu padanya, maupun shalat malam secara khusus padanya."(Tabyiin al-'Ajab, hlm. 23)

Termasuk berpuasa sebulan penuh di bulan rajab, tentu ini perbuatan menyelisihi syariat Allah subhanahu wata'ala dan tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Karena Rasulullah tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan ramadhan. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahu Anha:

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan; dan aku melihat, beliau paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari no.1969)

Maka, tidak ada amalan pengkhususan di bulan rajab. Namun bulan rajab adalah bulan mulia, termasuk bulan haram. Bulan yang akan dilipatgandakan pahala amal baik, demikian pula dosa amal buruk. Berpuasa di bulan rajab secara umum, boleh dilakukan. Sebagaimana berpuasa sunnah di bulan-bulan lainnya. Tetapi apabila dibarengi dengan keyakinan puasa khusus di bulan rajab, maka ini yang dilarang.

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang terbiasa puasa sunnah (di bulan Rajab) maka berpuasalah. Kalau bukan kebiasaannya maka jangan berpuasa sebulan penuh. Berbukalah sesekali pada bulan tersebut dan jangan menyamakan antara Rajab dengan Ramadhan.” (Kitab al-Mughni (3/171-172))

3. Benarkah peristiwa Isra Mi'raj terjadi pada bulan Rajab?

Sebagian kaum muslimin menyangka Isra' Mi'raj terjadi di bulan rajab. Nyatanya di kalangan para ulama salaf masih bersilang pendapat, kapan terjadinya isra mi'raj. Karena mereka tidak mendapati hadist satupun yang secara pasti keshahihannya (kuat). Bahkan diantara mereka ada yang menyebutkan isra mi'raj terjadi di bulan rabiul awal, yang lainnya menyebutkan di bulan syawwal, adapula yang menyebutkan di bulan ramadhan dan pendapat-pendapat ulama lainnya.

al-imam ibnu katsir rahimahullah salah seorang ulama bermadzhab Syafi'i dalam karyanya Al-Bidayah wan Nihayah 04/270 menyatakan, “Telah datang hadits yang tidak benar jalur periwayatannya. Telah aku sebutkan pada bab ‘Keutamaan-Keutamaan Bulan Rajab’, bahwasanya peristiwa Isra’ terjadi pada malam 27 Rajab. Allah Ta’ala Dzat Yang Maha Mengetahui.

Sebagian orang ada yang meyakini bahwa peristiwa Isra’ terjadi pada malam Jumat pertama bulan Rajab. Itulah yang disebut malam Raghaib yang diada-adakan padanya amalan shalat yang telah terkenal. Sungguh amalan tersebut tidak ada dasarnya. Allah Ta’ala Dzat Yang Maha Mengetahui.”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hadits-hadits yang menyebutkan isra mi'raj terjadi di bulan rajab adalah hadist yang tidak sah. Dan tidak bisa dijadikan dasar untuk beramal.

4. Bulan Rajab : Bulan mempersiapkan diri menuju bulan suci Ramadhan

Ketika telah menginjakkan kaki di Bulan Rajab, maka kita telah berada pada musim-musim kebaikan yang Allah telah tetapkan. Bulan Rajab yang termasuk satu diantara 4 bulan yang haram ini menjadi gerbang untuk kita semua mempersiapkan diri untuk menuju bulan yang suci, yaitu Bulan Ramadhan. Dikatakan oleh Abu Bakar al-Balkhi rahimahullahu ta’ala: ”Bulan Rajab adalah bulan menanam, sedangkan Bulan Syakban adalah bulan untuk menyiram tanaman tersebut, dan Bulan Ramadan adalah bulan memanen apa yang telah ditanam.”

Beliau juga berkata: “Permisalan Bulan Rajab itu bak angin, Bulan Syakban seperti awan, sedangkan Ramadan adalah hujannya.(8) Maka siapa saja yang tidak menanam di Bulan Rajab, dan tidak menyiram tanaman di Bulan Syakban, maka bagaimana mungkin dia bisa memanen di bulan Ramadan?” Lathaif al-Ma’arif, hal 121

Berdasarkan pendapat tersebut, maka siapa yang ingin memaksimalkan ibadah di bulan suci ramadhan, maka hendaknya kita mempersiapkan diri dengan melakukan berbagai amal shalih pada bulan yang mulia ini. memperbanyak puasa sunnah senin-kamis dan atau Ayyamul Bidh, serta mulai tingkatkan interaksi kita dengan Al-Qur'an adalah hal yang sangat cocok untuk kita lakukan untuk melatih diri untuk mengerjakan amalan yang serupa pada bulan Ramadhan nantinya.

Itulah sedikit ulasan singkat mengenai bulan Rajab. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kemudahan dalam menjalani-hari di bulan yang mulia ini dengan melakukan kebaikan serta menghindari segala bentuk kedzaliman. Segala yang benar datangnya dari Allah..

والله أعلم بالصواب

Keutamaan Bersedekah di Bulan Ramadhan
2024-10-23

Keutamaan Bersedekah di Bulan Ramadhan

Ditulis oleh Pengelola pada 2024-10-23

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan keutamaan bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain menjalankan ibadah puasa, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, salah satunya adalah bersedekah. Bersedekah di bulan Ramadhan memiliki keutamaan tersendiri yang tidak hanya membawa pahala yang berlipat, tetapi juga mendatangkan berbagai manfaat, baik bagi penerima maupun pemberi.

Keutamaan Bersedekah di Bulan Ramadhan

  1. Pahala Dilipatgandakan Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah di bulan Ramadhan lebih utama dibandingkan sedekah di bulan-bulan lainnya." Pahala bersedekah di bulan ini dilipatgandakan karena Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan ampunan. Setiap amal kebaikan, termasuk sedekah, akan mendapatkan ganjaran yang jauh lebih besar daripada bulan lainnya.

  2. Mendekatkan Diri kepada Allah Bersedekah merupakan bentuk ibadah yang sangat dianjurkan karena membantu sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Di bulan Ramadhan, bersedekah menjadi salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menunjukkan rasa syukur atas rezeki yang diberikan.

  3. Membersihkan Harta dan Jiwa Sedekah tidak hanya membersihkan harta dari hak orang lain, tetapi juga membersihkan jiwa dari sifat kikir dan cinta dunia yang berlebihan. Dengan bersedekah, kita diajarkan untuk berbagi dan merasakan kebahagiaan membantu orang lain, terutama di bulan yang penuh dengan keberkahan ini.

  4. Mendapatkan Syafaat di Hari Kiamat Salah satu keutamaan bersedekah adalah mendapatkan syafaat di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: "Naungan bagi orang yang bersedekah pada hari kiamat adalah sedekahnya." (HR. Ahmad). Hal ini menunjukkan bahwa sedekah yang kita berikan di dunia, termasuk di bulan Ramadhan, akan menjadi pelindung di hari kiamat nanti.

  5. Menghapus Dosa Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi). Bersedekah di bulan Ramadhan menjadi salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kita dan mendekatkan diri pada ampunan Allah SWT.