Adab-adab Menuntut Ilmu

بِسمِ الله الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah Ta’ala yang telah memberikan kita begitu banyak kenikmatannya. Kenikmatan yang manusia tidak mampu menghitungnya. Shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, nabi yang di utus di atas permukaan bumi ini hanya untuk menyempurnakan adab dan akhlak manusia.
Sebagai ummat islam kita harus memiliki adab dan ilmu akan tetapi ulama lebih mengutamakan beradab sebelum berilmu. Bahkan dikisahkan para ulama terdahulu sebelum mendalami ilmu-ilmu cabang, diantara mereka ada yang mempelajari adab selama 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, dan banyak lagi ulama-ulama yang belajar adab sampai bertahun-tahun.
Mari kita bahas bagaimanakah adab dan akhlak penuntut ilmu itu? Untuk mengetahuinya mari kita Simak materi berikut ini:
Bagaimanakah adab dan akhlak penuntut ilmu itu?
1. Mengihlaskan Niat Dalam Menuntut Ilmu
Meluruskan niat terlebih dahulu sebelum menuntut ilmu dan seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak Ikhlas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Maksud dari hadist di atas adalah orang yang menuntut ilmu hanya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala mereka termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya.
2. Selalu Berdoa Kepada Allah Agar Di Berikan Ilmu Yang Bermanfaat
Berdoa kepada Allah Ta’ala agar kita di berikan ilmu yang bermanfaat dan berildung dari ilmu yag tidak bermanfaat, kerena banyak kaum muslimin yang mempelajari ilmu kesesatan seperti: ilmu goib, ilmu filsafat dan lain-lain. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu anhubahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
سَلوا اللهَ علمًا نافعًا ، و تعوَّذوا باللهِ من علمٍ لا ينفَعُ Artinya: “Mohonlah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat”
3. Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu
Ketika kita menuntut ilmu kita harus memiliki yang namanya ke sungguhan, karena ulama terdahulu sangat serius dalam mencari sebuah ilmu. Dan hilangkan sifat malas, karena kunci keberhasilan tidak dicapai dengan sifat malas. Sebagaimana dalam hadits,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia dalam jalan Allah hingga ia kembali." (HR. At-Tirmidzi)
4. Menjauhkan Diri Dari Dosa Dan Maksiat
Ilmu itu tidak akan bisa masuk kalau diiringi dengan dosa dan maksiat, ilmu itu adalah cahaya sedangkan dosa adalah kemungkaran. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا
Artinya: “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat yaitu diangkatnya ilmu dan kebodohan nampak jelas, dan banyak yang minum khamr dan banyak orang berzina secara terang-terangan.” (HR. Bukhari Muslim).
5. Tidak Sombong Dan Tidak Malu Dalam Menuntut Ilmu
Imam Mujahid rahimahullah mengatakan,
لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ
Artinya: “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong.” (HR. Bukhari secara muallaq)
6. Mendengarkan Baik-Baik Ilmu Yang Di Sampaikan
Salah satu masuknya ilmu adalah dengan fokus dan bersungguh-sungguh, Allah Ta’ala berfirman:
فَبَشِّرۡ عِبَادِ ۙ الَّذِيۡنَ يَسۡتَمِعُوۡنَ الۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُوۡنَ اَحۡسَنَه ؕ اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ هَدٰٮهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمۡ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
Artinya: … sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
7. Tenang Dan Diam Saat Ilmu Disampaikan
Tenang di sini maksudnya adalah tidak ribut dan mengobrol jika tidak ada kepentingan di dalamnya, Allah Ta’ala berfirman:
وَاِذَا قُرِئَ الۡقُرۡاٰنُ فَاسۡتَمِعُوۡا لَهٗ وَاَنۡصِتُوۡا لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ
Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)
8. Berusaha Dalam Menerima Ilmu Yang Di Sampaikan
Maksudnya adalah tenang saat ilmu diberikan, mencari tempat yang nyaman, memerhatikan penjelasan guru, mencatat faedah ilmu tersebut, tidak banyak bertanya saat guru sedang mengajarkan ilmunya, dan mengamalkan ilmu yang sudah kita pelajari.
9. Menghafal Ilmu Yang Telah Di Sampaikan
Maksudnya adalah muroja’ah atau mengulangi ilmu yang di sampaikan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ Artinya: Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi)
10. Mengamalkan Ilmu Yang Sudah Kita Pelajari
Kita harus mengamalkan ilmu yang sudah kita pelajari. Sebagian orang yang belajar agama hanya untuk menambah wawasan dan mengangkat kebodohan dari diri kita, akan tetapi kebanyakan orang dia enggan mengamalkan ilmu nya. Padahal seharusnnya kita mengamalkan ilmu tersebut dan digunakan untuk berdakwah.
Akan tetapi orang yang tidak mengamalakan ilmu yang sudah dia ketahui, namun dia tidak mengamalkannya, maka dia akan dihitung sebagai orang yang berdosa dan dia akan dimasukkan ke dalam neraka di hari kiamat kelak. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu, Nabi Muhammadshallallahu alaihi wasallam bersabda,
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ،فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
Artinya: “Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)
Penutup
Jadi dapat kita simpulkan bahwa orang yang menuntut ilmu harus dilandasi dengan adab dan akhlak kerena sangat sia-sia jika orang yang telah menuntut ilmu akan tetapi dia sangat kekurangan adab dan akhlak, karena ulama-ulama terdahulu sangat mengutamakan yang namanya adab sebelum mempelajari ilmu. Imam Abdullah Ibnul Mubarak yang wafat tahun 181 Hijriyah mengatakan,
“Aku mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan aku menuntut ilmu selama dua puluh tahun.”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga pernah bersabda terkait pentingnya berakhlak mulia,
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
Artinya: Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat nanti daripada akhlak yang mulia. Sesungguhnya Allah sungguh membenci orang yang berkata kotor lagi jahat.” (HR. At-Tirmdzi)
Wallahu a’lam